Buku Literasi Sains (Materi Pendukung Gerakan Literasi Nasional)

Berikut ini yaitu berkas Buku Literasi Sains yang merupakan salah satu Materi Pendukung Gerakan Literasi Nasional. Buku ini diterbitkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2017. Download file buku format PDF.

 Berikut ini yaitu berkas Buku Literasi Sains yang merupakan salah satu Materi Pendukung  Buku Literasi Sains (Materi Pendukung Gerakan Literasi Nasional)
Buku Literasi Sains (Materi Pendukung Gerakan Literasi Nasional)

Buku Literasi Sains (Materi Pendukung Gerakan Literasi Nasional)

Berikut ini kutipan teks/keterangan dari isi berkas Buku Literasi Sains (Materi Pendukung Gerakan Literasi Nasional):

SAMBUTAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
Sejarah peradaban umat insan memperlihatkan bahwa bangsa yang maju tidak dibangun hanya dengan mengandalkan kekayaan alam yang melimpah dan jumlah penduduk yang banyak. Bangsa yang besar ditandai dengan masyarakatnya yang literat, yang mempunyai peradaban tinggi, dan aktif memajukan masyarakat dunia. Keberliterasian dalam konteks ini bukan hanya persoalan bagaimana suatu bangsa bebas dari buta aksara, melainkan juga yang lebih penting, bagaimana warga bangsa mempunyai kecakapan hidup biar bisa bersaing dan bersanding dengan bangsa lain untuk membuat kesejahteraan dunia. Dengan kata lain, bangsa dengan budaya literasi tinggi memperlihatkan kemampuan bangsa tersebut berkolaborasi, berpikir kritis, kreatif, komunikatif sehingga sanggup memenangi persaingan global.

Sebagai bangsa yang besar, Indonesia harus bisa mengembangkan budaya literasi sebagai prasyarat kecakapan hidup kurun ke-21 melalui pendidikan yang terintegrasi, mulai dari keluarga, sekolah, hingga dengan masyarakat. Penguasaan enam literasi dasar yang disepakati oleh World Economic Forum pada tahun 2015 menjadi sangat penting tidak hanya bagi penerima didik, tetapi juga bagi orang renta dan seluruh warga masyarakat. Enam literasi dasar tersebut meliputi literasi baca tulis, literasi numerasi, literasi sains, literasi digital, literasi finansial, dan literasi budaya dan kewargaan.

Pintu masuk untuk mengembangkan budaya literasi bangsa yaitu melalui penyediaan materi bacaan dan peningkatan minat baca anak. Sebagai potongan penting dari penumbuhan akal pekerti, minat baca anak perlu dipupuk semenjak usia dini mulai dari lingkungan keluarga. Minat baca yang tinggi, didukung dengan ketersediaan materi bacaan yang bermutu dan terjangkau, akan mendorong adaptasi membaca dan menulis, baik di sekolah maupun di masyarakat. Dengan kemampuan membaca ini pula literasi dasar berikutnya (numerasi, sains, digital, finansial, serta budaya dan kewargaan) sanggup ditumbuhkembangkan.

Untuk membangun budaya literasi pada seluruh ranah pendidikan (keluarga, sekolah, dan masyarakat), semenjak tahun 2016 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menggiatkan Gerakan Literasi Nasional (GLN) sebagai potongan dari implementasi Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2015 perihal Penumbuhan Budi Pekerti. Layaknya suatu gerakan, pelaku GLN tidak didominasi oleh jajaran Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, tetapi digiatkan pula oleh para pemangku kepentingan, ibarat pegiat literasi, akademisi, organisasi profesi, dunia usaha, dan kementerian/ forum lain. Pelibatan ekosistem pendidikan semenjak penyusunan konsep, kebijakan, penyediaan materi pendukung, hingga pada kampanye literasi sangat penting biar kebijakan yang dilaksanakan sesuai dengan cita-cita dan kebutuhan masyarakat. GLN diperlukan menjadi pendukung keluarga, sekolah, dan masyarakat mulai dari perkotaan hingga ke wilayah terjauh untuk berperan aktif dalam menumbuhkan budaya literasi.

Buku Peta Jalan, Panduan, Modul dan Pedoman Pelatihan Fasilitator, Pedoman Penilaian dan Evaluasi, dan Materi Pendukung Gerakan Literasi Nasional ini diterbitkan sebagai rujukan untuk mewujudkan ekosistem yang kaya literasi di seluruh wilayah Indonesia. Penghargaan yang tinggi saya sampaikan kepada tim GLN dan semua pihak yang terlibat dalam penyusunan buku ini. Semoga buku ini tidak hanya bermanfaat bagi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan selaku pelopor dan pelakunya, tetapi juga bagi masyarakat dan seluruh pemangku kepentingan dalam upaya membangun budaya literasi.

Jakarta, September 2017
Muhadjir Effendy

DAFTAR ISI
SAMBUTAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

BAB 1 MENYIAPKAN GENERASI INDONESIA ABAD XXI
1.1 Tantangan dan Peluang
1.2 Pentingnya Literasi Sains

BAB 2 LITERASI SAINS SEBAGAI KECAKAPAN HIDUP
2.1 Pengertian Literasi Sains
2.2 Prinsip Dasar Literasi Sains
2.3 Ruang Lingkup Literasi Sains
2.4 Indikator Literasi Sains
2.4.1 Indikator Literasi Sains di Sekolah
2.4.2 Indikator Literasi Sains di Keluarga
2.4.3 Indikator Literasi Sains di Masyarakat

BAB 3 GERAKAN LITERASI SAINS DI SEKOLAH
3.1 Sasaran Gerakan Literasi Sains di Sekolah
3.2 Strategi Gerakan Literasi Sains di Sekolah
3.2.1 Penguatan Kapasitas Fasilitator
3.2.2 Peningkatan Jumlah dan Ragam Sumber Belajar Bermutu
3.2.3 Perluasan Akses Sumber Belajar Bermutu dan Cakupan Peserta Belajar
3.2.4 Peningkatan Pelibatan Publik
3.2.5 Penguatan Tata Kelola

BAB 4 GERAKAN LITERASI SAINS DI KELUARGA
4.1 Sasaran Gerakan Literasi Sains di Keluarga
4.2 Strategi Gerakan Literasi Sains di Keluarga
4.2.1 Penguatan Kapasitas Fasilitator
4.2.2 Peningkatan Jumlah dan Ragam Sumber Belajar Bermutu
4.2.3 Perluasan Akses Sumber Belajar Bermutu dan Cakupan Peserta Belajar
4.2.4 Peningkatan Pelibatan Publik
4.2.5 Penguatan Tata Kelola

BAB 5 GERAKAN LITERASI SAINS DI MASYARAKAT
5.1 Sasaran Gerakan Literasi Sains di Masyarakat
5.2 Strategi Gerakan Literasi Sains di Masyarakat
5.2.1 Penguatan Kapasitas Fasilitator
5.2.2 Peningkatan Jumlah dan Ragam Sumber Belajar Bermutu
5.2.3 Perluasan Akses Sumber Belajar Bermutu dan Cakupan Peserta Belajar
5.2.4 Peningkatan Pelibatan Publik
5.2.5 Penguatan Tata Kelola

BAB 6 PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA


BAB 1 MENYIAPKAN GENERASI INDONESIA ABAD XXI

1.1 Tantangan dan Peluang
Perubahan selalu terjadi di dunia dari zaman sebelum insan ada hingga ketika ini dan perubahan makin pesat akhir kehadiran manusia. Saat ini kita berada pada kurun XXI ketika dunia industri berkembang pesat akhir dari kemajuan sains dan teknologi untuk memenuhi kebutuhan manusia. Pesatnya perkembangan industri pada kurun XXI ini juga menyebabkan banyak permasalahan politik, ekonomi, sosial, budaya, dan lingkungan. Contoh permasalahan yang terjadi yaitu pemanasan global, pencemaran lingkungan, krisis energi, krisis ekonomi, dan banyak sekali konflik antargolongan.

Permasalahan tersebut terjadi akhir kurangnya kesadarpahaman akan sains. Manusia sering kali memanfaatkan sains dan teknologi dengan mengeksploitasi alam tanpa memahami balasannya bagi lingkungan dan masa depan bumi. Contohnya, pemanfaatan bahan- materi kimia dan produk-produk teknologi dalam kehidupan sehari-hari tanpa diimbangi dengan pemahaman dampak-dampak pemakaiannya terhadap diri sendiri, keluarga, dan lingkungan.

Sains yaitu upaya sistematis untuk menciptakan, membangun, dan mengorganisasikan pengetahuan untuk memahami alam semesta. Upaya ini berawal dari sifat dasar insan yang penuh dengan rasa ingin tahu. Rasa ingin tahu ini kemudian ditindaklanjuti dengan penyelidikan dalam rangka mencari klarifikasi yang paling sederhana, tetapi akurat dan konsisten untuk menjelaskan dan memprediksi insan dan alam semesta. Penyelidikan ini dilakukan dengan mengintegrasikan kerja ilmiah dan keselamatan kerja yang meliputi kegiatan mengamati, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, merancang percobaan, mengumpulkan data, menganalisis, akhirnya menyimpulkan dan memperlihatkan rekomendasi, serta melaporkan hasil percobaan secara verbal dan tulisan. Dengan kata lain, sains hadir untuk membentuk pola pikir, perilaku, dan membangun karakter insan untuk peduli dan bertanggung jawab terhadap dirinya, masyarakat, dan alam semesta. Kehadiran sains yang membentuk sikap dan karakter insan untuk peduli dan bertanggung jawab terhadap dirinya, masyarakat, dan alam semesta inilah yang didefinisikan sebagai literasi sains.

Namun, hal utama perlu dipahami dalam literasi sains kurun ini yaitu bahwa penggunaan sains dan teknologi bukan hanya untuk memahami alam semesta. Literasi sains terdiri atas beberapa tingkatan. Tingkat literasi sains yang terendah disebut literasi sains mudah atau fungsional yang merujuk pada kemampuan seseorang untuk sanggup hidup sehari-hari, sebagai konsumen dari produk-produk sains dan teknologi. Ini dihubungkan dengan kebutuhan dasar manusia, ibarat makanan, kesehatan, dan perumahan. Literasi sains tingkat tinggi, ibarat literasi kewargaan mengacu pada keterampilan seseorang untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan dan menggunakannya secara bijak terkait gosip politik, ekonomi, sosial, budaya, dan kenegaraan.

Fakta hasil PISA 2015 memperlihatkan rata-rata nilai sains negara OECD yaitu 493, sedangkan Indonesia gres mencapai skor 403. Hal ini memperlihatkan bahwa ada kesenjangan dalam memperlakukan pendidikan sains. Dalam sistem pendidikan nasional, konsep dan pola pikir pendidikan sains sudah tersurat dan memakai pendekatan saintifik dan inkuiri. Namun, faktanya hal tersebut belum diterapkan di kelas-kelas pembelajaran.

Literasi sains dalam pembelajaran di Indonesia dipersepsikan hanya dalam pembelajaran IPA. Pembelajaran IPA pun sebagian besar terbatas pada buku ajar/teks. Hal ini disebabkan oleh adanya interpretasi sempit terkait dengan PP No. 13 Tahun 2015 Pasal I ayat 23 yang menjelaskan bahwa �buku teks pelajaran yaitu sumber pembelajaran utama untuk mencapai kompetensi dasar dan kompetensi inti�. Sebagian besar memahami bahwa buku teks pelajaran menjadi satu-satunya materi asuh sehingga pembelajaran IPA belum menerapkan pendekatan saintifik dan inkuiri. Jika dalam konteks pelajaran IPA saja literasi sains belum diterapkan secara sempurna dan komprehensif, penerapannya dalam pembelajaran lain perlu dipertanyakan. Fakta ini membuat banyak orang Indonesia tidak terbiasa mencari bermacam-macam sumber.

Hasil data BPS memperlihatkan bahwa Indonesia akan mendapat bonus demografi pada 2020 hingga 2030 dengan mempunyai penduduk berusia produktif 15�60 tahun sebanyak 70% dari jumlah penduduknya. Bonus demografi ini menjadi sasaran pasar dunia. Bonus demografi ini akan menguntungkan jikalau penduduk usia produktif mempunyai bekal literasi sains yang baik. Sebaliknya, bila penduduk ini tidak dibekali dengan literasi sains, bonus demografi ini akan menjadi beban dan peristiwa sosial.

1.2 Pentingnya Literasi SainsLiterasi sains merupakan kunci utama untuk menghadapi banyak sekali tantangan pada kurun XXI untuk mencukupi kebutuhan air dan makanan, pengendalian penyakit, menghasilkan energi yang cukup, dan menghadapi perubahan iklim (UNEP, 2012). Banyak gosip yang timbul di tingkat lokal ketika individu berhadapan dengan keputusan berkaitan dengan praktik-praktik yang memengaruhi kesehatan dan persediaan makanan, penggunaan materi dan teknologi gres yang tepat, dan keputusan perihal penggunaan energi. Sains dan teknologi mempunyai bantuan utama terkait dengan semua tantangan di atas dan semua tantangan tidak akan terselesaikan jikalau individu tidak mempunyai kesadaran sains. Hal ini tidak berarti mengubah setiap orang menjadi pakar sains, tetapi memungkinkan mereka untuk berperan dalam membuat pilihan yang berdampak pada lingkungan dan dalam arti yang lebih luas memahami implikasi sosial dari perdebatan para pakar. Hal ini juga berarti bahwa pengetahuan sains dan teknologi berbasis sains berkontribusi signifikan terhadap kehidupan pribadi, sosial, dan profesional. Literasi sains membantu kita untuk membentuk pola pikir, perilaku, dan membangun karakter insan untuk peduli dan bertanggung jawab terhadap dirinya, masyarakat, dan alam semesta, serta permasalahan yang dihadapi masyarakat modern yang sangat bergantung pada teknologi.

Individu yang literat sains harus sanggup membuat keputusan yang lebih berdasar. Mereka harus sanggup mengenali bahwa sains dan teknologi yaitu sumber solusi. Sebaliknya, mereka juga harus sanggup melihatnya sebagai sumber risiko, menghasilkan persoalan gres yang hanya sanggup diselesaikan melalui penggunaan sains dan teknologi. Oleh lantaran itu, individu harus bisa mempertimbangkan manfaat potensial dan risiko dari penggunaan sains dan teknologi untuk diri sendiri dan masyarakat. Literasi sains tidak hanya membutuhkan pengetahuan perihal konsep dan teori sains, tetapi juga pengetahuan perihal mekanisme umum dan praktik terkait dengan inkuiri saintifik dan bagaimana memajukan sains itu sendiri. Untuk semua alasan tersebut, literasi sains dianggap menjadi kompetensi kunci yang sangat penting untuk membangun kesejahteraan insan di masa kini dan masa depan.

BAB 2 LITERASI SAINS SEBAGAI KECAKAPAN HIDUP

2.1 Pengertian Literasi Sains
Literasi sains sanggup diartikan sebagai pengetahuan dan kecakapan ilmiah untuk bisa mengidentifikasi pertanyaan, memperoleh pengetahuan baru, menjelaskan fenomena ilmiah, serta mengambil simpulan berdasar fakta, memahami karakteristik sains, kesadaran bagaimana sains dan teknologi membentuk lingkungan alam, intelektual, dan budaya, serta kemauan untuk terlibat dan peduli terhadap isu-isu yang terkait sains (OECD, 2016). National Research Council (2012) menyatakan bahwa rangkaian kompetensi ilmiah yang dibutuhkan pada literasi sains mencerminkan pandangan bahwa sains yaitu ansambel dari praktik sosial dan epistemik yang umum pada semua ilmu pengetahuan, yang membingkai semua kompetensi sebagai tindakan.

2.2 Prinsip Dasar Literasi Sains
  1. Kontekstual, sesuai dengan kearifan lokal dan perkembangan zaman;
  2. Pemenuhan kebutuhan sosial, budaya, dan kenegaraan;
  3. Sesuai dengan standar mutu pembelajaran yang sudah selaras dengan pembelajaran kurun XXI;
  4. Holistik dan terintegrasi dengan bermacam-macam literasi lainnya; dan
  5. Kolaboratif dan partisipatif.

2.3 Ruang Lingkup Literasi Sains
Literasi sains merupakan potongan dari sains, bersifat praktis, berkaitan dengan isu-isu perihal sains dan ide-ide sains. Warga negara harus mempunyai kepekaan terhadap kesehatan, sumber daya alam, kualitas lingkungan, dan musibah dalam konteks personal, lokal, nasional, dan global. Dari sini kita bisa melihat bahwa cakupan literasi sains sangat luas, tidak hanya dalam mata pelajaran sains, tetapi juga beririsan dengan literasi lainnya.

2.4 Indikator Literasi Sains
2.4.1 Indikator Literasi Sains di Sekolah
1. Basis Kelas
a. Jumlah pembinaan guru sains dan nonsains;
b. Intensitas pemanfaatan dan penerapan literasi sains dalam pembelajaran;
c. Jumlah pembelajaran sains berbasis permasalahan dan berbasis proyek;
d. Jumlah pembelajaran nonsains yang melibatkan unsur literasi sains;
e. Skor literasi sains dalam PISA/TIMSS/INAP; dan
f. Jumlah produk yang dihasilkan penerima didik melalui pembelajaran sains berbasis proyek.

2. Basis Budaya Sekolah
a. Jumlah dan variasi materi bacaan literasi sains;
b. Frekuensi peminjaman materi bacaan literasi sains;
c. Jumlah kegiatan literasi sains di sekolah;
d. Akses situs daring yang berafiliasi dengan literasi sains;
e. Jumlah kegiatan bulan literasi sains;
f. Alokasi dana untuk literasi sains;
g. Adanya tim literasi sekolah;
h. Adanya kebijakan sekolah mengenai literasi sains; dan
i. Jumlah penyajian informasi literasi sains dalam banyak sekali bentuk (contoh: infografis dan alat peraga proses terjadinya hujan).

3. Basis Masyarakat
a. Jumlah sarana dan prasarana yang mendukung literasi sains; dan
b. Keterlibatan orang renta dan masyarakat dalam mengembangkan literasi di sekolah.

2.4.2 Indikator Literasi Sains di Keluarga
  1. Jumlah dan variasi materi bacaan literasi sains yang dimiliki keluarga;
  2. Frekuensi membaca materi bacaan literasi sains dalam keluarga setiap harinya;
  3. Jumlah materi bacaan literasi sains yang dibaca oleh anggota keluarga;
  4. Frekuensi kesempatan anak mengaplikasikan sains dalam kehidupan sehari-hari bersama keluarga;
  5. Jumlah permainan edukatif berbasis literasi sains dalam keluarga; dan
  6. Jumlah pembinaan literasi sains yang aplikatif dan berdampak pada keluarga.

2.4.3 Indikator Literasi Sains di Masyarakat
  1. Jumlah dan variasi materi bacaan literasi sains yang dimiliki setiap akomodasi publik;
  2. Frekuensi membaca materi bacaan literasi sains setiap hari;
  3. Jumlah materi bacaan literasi sains yang dibaca oleh masyarakat setiap hari;
  4. Jumlah partisipasi aktif komunitas, lembaga, atau instansi dalam penyediaan materi bacaan literasi sains;
  5. Jumlah akomodasi publik yang mendukung literasi sains;
  6. Jumlah kegiatan literasi sains yang ada di masyarakat;
  7. Tingkat partisipasi aktif masyarakat dalam kegiatan literasi sains;
  8. Tingkat penggunaan data sains dalam pengambilan keputusan yang berdampak pada masyarakat;
  9. Jumlah komunitas sains yang aktif di setiap daerah;
  10. Jumlah pembinaan literasi sains yang aplikatif dan berdampak pada masyarakat;
  11. Indeks kualitas lingkungan hidup (contoh: air, udara, tanah); dan
  12. Jumlah pembinaan literasi sains yang aplikatif dan berdampak pada masyarakat.

BAB 3 GERAKAN LITERASI SAINS DI SEKOLAH
3.1 Sasaran Gerakan Literasi Sains di Sekolah
1. Basis Kelas
(a) Meningkatnya jumlah pembinaan guru sains dan nonsains;
(b) Meningkatnya intensitas pemanfaatan dan penerapan literasi sains dalam pembelajaran;
(c) Meningkatnya jumlah pembelajaran sains berbasis permasalahan dan berbasis proyek;
(d) Meningkatnya jumlah pembelajaran nonsains yang melibatkan unsur literasi sains;
(e) Meningkatnya skor literasi sains dalam PISA/TIMSS/INAP; dan
(f) Meningkatnya jumlah produk yang dihasilkan penerima didik melalui pembelajaran sains berbasis proyek.
2. Basis Budaya Sekolah
(a) Meningkatnya jumlah dan variasi materi bacaan literasi sains;
(b) Meningkatnya frekuensi peminjaman materi bacaan literasi sains;
(c) Meningkatnya jumlah kegiatan literasi sains di sekolah;
(d) Meningkatnya jalan masuk situs daring yang berafiliasi dengan literasi sains;
(e) Meningkatnya jumlah kegiatan bulan literasi sains;
(f) Meningkatnya alokasi dana untuk literasi sains;
(g) Terdapatnya tim literasi sekolah;
(h) Terdapatnya kebijakan sekolah mengenai literasi sains; dan
(i) Meningkatnya jumlah penyajian informasi literasi sains dalam banyak sekali bentuk (contoh: infografis dan alat peraga proses terjadinya hujan).

3. Basis Masyarakat
(a) Meningkatnya jumlah sarana dan prasarana yang mendukung literasi sains; dan
(b) Meningkatnya keterlibatan orang renta dan masyarakat dalam mengembangkan literasi di sekolah.

3.2 Strategi Gerakan Literasi Sains di Sekolah
Strategi utama Gerakan Literasi Sains Sekolah berupa Literasi Sains Lintas Kurikulum, yaitu sebuah pendekatan penerapan literasi sains secara konsisten dan menyeluruh di sekolah untuk mendukung pengembangan literasi sains bagi setiap penerima didik. Keterampilan literasi sains secara eksplisit diajarkan di dalam mata pelajaran, tetapi penerima didik diberikan banyak sekali kesempatan untuk memakai sains di luar mata pelajaran sains di banyak sekali situasi. Menggunakan keterampilan sains lintas kurikulum memperkaya pembelajaran bidang studi lainnya dan memperlihatkan bantuan dalam memperluas dan memperdalam pemahaman sains. Selain melalui kurikulum, literasi sains juga dimunculkan di dalam lingkungan sekolah oleh staf nonguru dan kegiatan-kegiatan rutin yang terjadi di sekolah yang memperlihatkan kesempatan aktual bagi penerima didik untuk mempraktikkan keterampilan literasi sains mereka.

3.2.1 Penguatan Kapasitas Fasilitator
  1. Pelatihan guru sains dalam menerapkan proses berpikir inkuiri dan saintifik serta metode pembelajaran berbasis persoalan dan pembelajaran berbasis proyek yang melibatkan masalah- persoalan yang muncul dalam kehidupan sehari-hari. Guru dilatih untuk memilih, membuat, dan memodifikasi permasalahan sehari-hari yang sanggup dipakai di dalam pembelajaran literasi sains. Selain itu, guru juga dilatih banyak sekali taktik dalam derma kiprah atau pekerjaan rumah yang sanggup melibatkan anggota keluarga dalam literasi sains.
  2. Pelatihan guru nonsains dalam memakai sains untuk memperkaya penyajian informasi di dalam mata pelajaran yang diampu. Dengan cara ini, penerima didik sanggup melihat bagaimana penggunaan konsep dan keterampilan sains di dalam bidang studi lain sanggup membantu mereka memahami konsep di dalam bidang studi itu. Pada ketika yang sama, penerima didik mempunyai kesempatan mengaplikasikan konsep dan keterampilan sains di luar jam pembelajaran sains.
  3. Pelatihan bagi guru dan tenaga kependidikan dalam keterampilan membuat ekosistem di sekolah yang mendukung literasi sains. Ekosistem kaya literasi di sekolah sanggup dihadirkan dengan memanfaatkan banyak sekali hal yang sudah tersedia di sekolah. Keterampilan dan kreativitas membuat ekosistem tersebut perlu dilatih biar berkembang dengan baik.
  4. Pendidikan guru dalam mempersiapkan calon-calon guru untuk mempunyai pengetahuan dan keterampilan untuk mengaplikasikan literasi sains. Dibutuhkan kiprah aktif LPTK untuk menyiapkan calon-calon guru yang literat sains dengan melaksanakan penyesuaian pola perkuliahan.
  5. Forum diskusi bagi warga sekolah perihal literasi sains. Forum diskusi ini sanggup menjadi wahana bagi warga sekolah untuk memberikan gagasan, menyebarkan praktik baik pelaksanaan literasi, dan refleksi terhadap banyak sekali kegiatan literasi yang dilakukan di sekolah.
  6. Pelatihan pembuatan permainan edukatif perihal literasi sains. Tujuan dari pembinaan ini yaitu biar guru dan tenaga kependidikan sanggup membuat sendiri permainan edukatif yang sanggup dimanfaatkan dan membantu penerima didik biar literat sains.

3.2.2 Peningkatan Jumlah dan Ragam Sumber Belajar Bermutu
  1. Penyediaan buku-buku berkaitan dengan sains, baik fiksi, nonfiksi, maupun referensi. Buku-buku bermutu yang sanggup diakses oleh warga sekolah akan besar lengan berkuasa dalam mencetak warga sekolah yang literat sains.
  2. Program Satu Guru Satu Buku, khususnya untuk guru sains untuk menulis buku-buku yang berafiliasi dengan sains. Guru hendaknya mempunyai kemampuan untuk menyebarluaskan pemikiran dan pengetahuannya kepada banyak orang sesuai dengan bidang keahliannya.
  3. Penyusunan modul pembinaan yang berisi hakikat sains, literasi sains, pola pikir sistem (system thinking), serta bekerja dan berpikir kolaboratif dalam merancang proses pembelajaran. Modul pembinaan yang dihasilkan sanggup dipakai sebagai sarana untuk mempercepat penyebarluasan informasi dan pemutakhiran pengetahuan perihal literasi sains.
  4. Penyediaan informasi dan sumber mencar ilmu daring mengenai literasi sains oleh Pustekkom. Sumber mencar ilmu daring dibutuhkan untuk memperkaya bermacam-macam materi bacaan perihal literasi sains dan sanggup diakses dengan gampang dengan memakai gawai.
  5. Penggunaan permainan edukatif perihal sains yang sanggup memperkaya pengalaman mencar ilmu penerima didik. Permainan edukatif tersedia dalam banyak sekali bentuk, baik dalam bentuk fisik maupun daring.
  6. Memperbanyak kegiatan jelajah alam sekitar. Lingkungan alam sekitar juga sanggup menjadi sumber mencar ilmu yang sanggup dieksplorasi semaksimal mungkin oleh penerima didik. Kegiatan tersebut sanggup dilakukan di dalam dan di luar jam sekolah. Guru sanggup memperlihatkan panduan kegiatan, kemudian penerima didik melaksanakan eksplorasi bersama kelompok atau per individu.

3.2.3 Perluasan Akses Sumber Belajar Bermutu dan Cakupan Peserta Belajar
  1. Pengembangan sarana penunjang dengan memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai media pembelajaran sains sehingga sanggup membuat ekosistem yang kaya literasi sains. Misalnya, menghiasi dinding, tangga, dan selasar sekolah dengan gambar banyak sekali macam planet atau hal lain yang berkaitan dengan sains, dan memberi keterangan manfaat dan nomenklatur pada tumbuhan yang ada di lingkungan sekolah.
  2. Penyediaan laboratorium sains sebagai tempat bereksperimen dan bereksplorasi serta sebagai sumber mencar ilmu bagi penerima didik. Peserta didik membutuhkan ruang mencar ilmu yang mendukung. Dengan adanya laboratorium dan alat-alat eksperimen yang memadai, kesempatan mencar ilmu bagi penerima didik akan sanggup diperluas.
  3. Pengoptimalan perpustakaan sekolah. Perpustakaan sekolah hendaknya mempunyai waktu kunjungan selain jam istirahat, ibarat mengalokasikan satu jam per ahad untuk setiap kelas.
  4. Penyediaan sudut baca di kelas yang berisi buku-buku sains. Sudut baca ini mendekatkan buku dengan penerima didik di kelasnya masing-masing. Peserta didik sanggup leluasa membaca dan menentukan materi bacaan yang dikehendaki.
  5. Penyelenggaraan open house oleh sekolah yang sudah mengembangkan literasi. Sekolah yang terlibat dalam kegiatan ini sanggup saling menyebarkan pengalaman, saling mendukung, dan menyebarkan informasi perihal kegiatan yang bermanfaat untuk dikembangkan di sekolah lain.
  6. Program pengimbasan sekolah. Sekolah percontohan secara sanggup berdiri diatas kaki sendiri sanggup menularkan pengalaman dan kegiatan literasi sains ke sekolah efek di sekitarnya.
  7. Kampanye literasi untuk memperkenalkan dan menyosialisasikan pentingnya literasi sains biar semakin banyak pihak yang terlibat.

3.2.4 Peningkatan Pelibatan Publik
  1. Sharing session dengan mengundang pihak publik untuk menyebarkan perihal cara mereka mengaplikasikan sains di dalam profesi dan kehidupan mereka sehari-hari. Pihak sekolah sanggup mengundang narasumber pakar sains, peneliti, dosen, tenaga kesehatan, apoteker, teknisi pesawat, dan lain-lain.
  2. Mengadakan kegiatan Bulan dan Festival Literasi Sains dengan cara berikut. a. Mengundang dan melibatkan orang renta dan publik untuk melaksanakan kegiatan literasi sains bersama dengan penerima didik dan membuat alat peraga dan permainan sains yang sanggup dipakai di rumah. b. Memameran hasil karya proyek penerima didik (hasil dari Project-Based Learning) yang bersifat interdisipliner dengan sains sebagai salah satu unsurnya. c. Menampilkan buku-buku yang berafiliasi dengan literasi sains.
  3. Menyelenggarakan bedah buku bertema literasi sains. Kegiatan ini sanggup dilaksanakan dengan mengundang narasumber atau guru-guru sains dari banyak sekali sekolah dan warga sekolah lainnya sebagai audiens. Berangkat dari kegiatan sederhana semacam ini, penerima didik dan warga sekolah akan terlatih untuk berpikir inkuiri dan kritis terhadap materi bacaan.
  4. Pelibatan BUMN dan DUDI pada kegiatan literasi sains di sekolah. BUMN dan DUDI sanggup mengambil potongan dengan memperlihatkan dana CSR mereka untuk membantu pelaksanaan kegiatan literasi sains, penyediaan materi bacaan, membantu penyediaan alat-alat eksperimen di laboratorium, atau kegiatan lainnya yang mendukung pengembangan literasi di sekolah.

3.2.5 Penguatan Tata Kelola
  1. Alokasi dana untuk kegiatan penguatan pelaku, peningkatan jumlah dan ragam sumber belajar, penyediaan sarana penunjang, dan kegiatan-kegiatan literasi sains terkait. Alokasi dana merupakan bentuk prioritas terhadap kegiatan literasi yang ada di sekolah.
  2. Pembentukan tim literasi sekolah. Tim tersebut terdiri atas kepala sekolah, pengawas, guru, dan wakil orang renta penerima didik dengan kiprah menjadi motor pelopor dan memantau berjalannya kegiatan-kegiatan literasi di sekolah.
  3. Pembuatan kebijakan sekolah yang menyatakan pentingnya literasi sains dan keterlibatan semua warga sekolah dalam menjalankan kegiatan yang berkaitan dengan literasi sains. Kebijakan tersebut sanggup berupa pencanangan kegiatan bersih-bersih lingkungan sekolah tiap hari secara bergiliran yang dilakukan oleh seluruh warga sekolah, kegiatan membawa bekal kuliner bergizi dari rumah, eksplorasi lingkungan sekitar sekolah, dan lain-lain.
  4. Memperkuat persatuan orang renta dan guru untuk membangun korelasi kerja sama yang kuat untuk terlibat di dalam literasi sains. Orang renta sanggup mengawal keberlangsungan kegiatan literasi dari adaptasi yang dilakukan di rumah, sedangkan guru melaksanakan penguatan adaptasi kegiatan literasi di sekolah.

BAB 4 GERAKAN LITERASI SAINS DI KELUARGA

4.1 Sasaran Gerakan Literasi Sains di Keluarga
  1. Meningkatnya jumlah dan variasi materi bacaan literasi sains yang dimiliki keluarga;
  2. Meningkatnya frekuensi membaca materi bacaan literasi sains dalam keluarga setiap harinya;
  3. Meningkatnya jumlah materi bacaan literasi sains yang dibaca oleh anggota keluarga;
  4. Meningkatnya frekuensi kesempatan anak mengaplikasikan sains dalam kehidupan sehari-hari bersama keluarga;
  5. Meningkatnya jumlah permainan edukatif berbasis literasi sains dalam keluarga; dan
  6. Meningkatnya jumlah pembinaan literasi sains yang aplikatif dan berdampak pada keluarga.

4.2 Strategi Gerakan Literasi Sains di Keluarga
Literasi sains di keluarga bertujuan untuk memperlengkapi setiap anggota keluarga sehingga bernafsu untuk menerapkan kecakapan sains dalam kehidupan sehari-hari. Untuk itu, taktik utama dalam Gerakan Literasi Sains di Keluarga sanggup dikembangkan melalui tiga hal sebagai berikut.
  1. Bentuk-bentuk adaptasi yang dilakukan secara konsisten dalam keluarga;
  2. Penguatan keterampilan orang remaja (orang tua, ajun rumah tangga, dan lain-lain) dalam penerapan kecakapan sains; dan
  3. Tersedianya sumber-sumber pendukung yang menunjang, baik adaptasi maupun keterampilan sains.

4.2.1 Penguatan Kapasitas Fasilitator
  1. Pelatihan orang remaja (misalnya, orang tua, ajun rumah tangga, atau orang remaja lainnya yang mengasuh anak tersebut) mengenai kompetensi sains dan cara-cara memasukkan unsur sains dalam kegiatan mereka sehari-hari bersama anggota keluarga di rumah.
  2. Pelatihan orang remaja (misalnya, orang tua, ajun rumah tangga, atau orang remaja lainnya yang mengasuh anak tersebut) untuk membuat alat peraga sains dan permainan sains yang sanggup dimainkan di rumah.

4.2.2 Peningkatan Jumlah dan Ragam Sumber Belajar Bermutu
  1. Tersedianya buku bacaan yang berkaitan dengan literasi sains (fiksi, nonfiksi, dan referensi), buku-buku yang sanggup membangkitkan rasa ingin tahu, dan cara mengajarkan literasi sains yang dibawa oleh Pustaka Keliling.
  2. Tersedianya materi dan aba-aba untuk membuat alat peraga sains yang gampang dikerjakan. Pembuatan alat peraga sains yang gampang dan sanggup dikerjakan oleh orang renta akan memperlihatkan pilihan ragam kegiatan yang menyenangkan bagi anak dan orang tua.
  3. Memilih permainan edukatif yang berkaitan dengan sains. Beragam permainan edukatif sanggup dipilih orang renta untuk mengembangkan literasi sains pada anak. Orang renta disarankan untuk proaktif dalam menyeleksi bermacam-macam permainan yang sesuai dengan usia anak.
  4. Memetakan potensi lingkungan sekitar dan kawasan yang sanggup dipakai sebagai sumber belajar. Lingkungan sekitar tempat tinggal yang digali dan dipetakan potensinya akan memperkaya proses mencar ilmu bagi keluarga. Aksesnya pun gampang dan murah sehingga sangat mendukung penumbuhkembangan literasi sains.
  5. Memetakan potensi narasumber dari teman/tetangga yang potensial. Teman, tetangga, atau kerabat yang berkapasitas menjadi narasumber literasi sains sanggup dilibatkan dalam kegiatan literasi untuk menyebarkan pengalaman dan pengetahuan.
  6. Penerjemahan bahan-bahan penunjang literasi sains yang bermutu bagi keluarga. Bahan-bahan penunjang literasi sains sebagian besar memakai bahasa gila sehingga perlu diterjemahkan biar semua keluarga sanggup mengaksesnya dengan mudah.
  7. Tersedianya film-film yang berkaitan dengan literasi sains. Literasi sains juga sanggup dikenalkan melalui film-film berkualitas. Selain itu, keluarga sanggup menyebarkan sumber bacaan/film di lingkungan keluarga dan tetangga (tukar film, tukar buku, dan lain-lain).
  8. Tersedianya situs-situs pembelajaran literasi sains untuk keluarga. Situs tersebut sanggup memperlihatkan pandangan dan pengalaman gres bagi orang renta perihal bagaimana mengenalkan dan menumbuhkembangkan literasi sains bagi anak.
  9. Memperbanyak kegiatan jelajah alam sekitar bersama keluarga. Lingkungan alam sekitar juga sanggup menjadi sumber mencar ilmu yang sanggup dieksplorasi semaksimal mungkin oleh anak.

4.2.3 Perluasan Akses Sumber Belajar Bermutu dan Cakupan Peserta Belajar
  1. Pemanfaatan akomodasi di rumah untuk tampilan-tampilan literasi sains. Tampilan yang mendukung literasi sains di rumah bermanfaat untuk mengenalkan dan mendekatkan anak terhadap sains.
  2. Tersedianya akomodasi atau tampilan-tampilan literasi sains di ruang publik yang mendorong keluarga untuk �bermain sains�. Penyediaan akomodasi tersebut sanggup melibatkan BUMN dan DUDI.
  3. Mendorong anggota keluarga untuk mengikuti kegiatan yang berafiliasi dengan literasi sains. Dorongan orang renta dan anggota keluarga dalam mendukung dan mengarahkan anak untuk mengikuti banyak sekali kegiatan literasi mempunyai imbas yang besar. Orang renta diperlukan proaktif dalam menyeleksi banyak sekali kegiatan yang ada. 

4.2.4 Peningkatan Pelibatan Publik
  1. Melibatkan orang renta dalam kegiatan literasi sains di sekolah. Terlibatnya orang renta dalam kegiatan literasi sains tidak hanya memperkuat proses pembelajaran yang terjadi di sekolah, tetapi juga sanggup membantu orang renta untuk melaksanakan pendalaman dan pengembangan kegiatan serupa di rumah.
  2. Melibatkan orang renta dalam pemeliharaan taman baca. Orang renta hendaknya berpartisipasi dalam pendirian dan pemeliharaan taman baca yang ada di lingkungan sekitar lantaran ekosistem yang mendukung literasi di masyarakat akan besar lengan berkuasa terhadap lingkungan keluarga.
  3. Menyelenggarakan kegiatan keluarga yang berafiliasi dengan literasi sains. Setiap keluarga sanggup menyelenggarakan banyak sekali inisiatif kegiatan yang berafiliasi dengan literasi sains, kemudian mengajak keluarga yang lain untuk ikut serta terlibat dalam kegiatan tersebut.

4.2.5 Penguatan Tata Kelola
  1. Pengalokasian waktu tertentu dalam keluarga untuk melaksanakan aktivitas-aktivitas bersama yang berkaitan dengan sains. Hal tersebut menjadi sebuah bentuk prioritas dan komitmen keluarga dalam upaya untuk mewujudkan kesuksesan gerakan literasi.
  2. Alokasi dana untuk kegiatan yang mendukung literasi sains. Alokasi dana keluarga, ibarat investasi, dalam mempersiapkan kompetensi anak untuk menghadapi masa depan.
  3. Pelibatan orang renta dalam tata kelola sekolah dan proses pembelajaran. Keterlibatan orang renta memperlihatkan imbas besar terhadap proses pembelajaran dan pengelolaan sekolah dalam hal pengembangan literasi.

BAB 5 GERAKAN LITERASI SAINS DI MASYARAKAT

5.1 Sasaran Gerakan Literasi Sains di Masyarakat
  1. Meningkatnya jumlah dan variasi materi bacaan literasi sains yang dimiliki oleh setiap akomodasi publik;
  2. Meningkatnya frekuensi membaca materi bacaan literasi sains setiap hari;
  3. Meningkatnya jumlah materi bacaan literasi sains yang dibaca oleh masyarakat setiap hari;
  4. Meningkatnya jumlah partisipasi aktif komunitas, lembaga, atau instansi dalam penyediaan materi bacaan;
  5. Meningkatnya jumlah akomodasi publik yang mendukung literasi sains;
  6. Meningkatnya jumlah kegiatan literasi sains yang ada di masyarakat;
  7. Meningkatnya partisipasi aktif masyarakat dalam kegiatan literasi sains;
  8. Meningkatnya penggunaan data sains dalam pengambilan keputusan yang berdampak pada masyarakat;
  9. Meningkatnya jumlah komunitas sains yang aktif di setiap daerah;
  10. Meningkatnya jumlah pembinaan literasi sains yang aplikatif dan berdampak pada masyarakat;
  11. Meningkatnya indeks kualitas lingkungan hidup (contoh: air, udara, dan tanah); dan
  12. Meningkatnya jumlah pembinaan literasi sains yang aplikatif dan berdampak pada masyarakat.

5.2 Strategi Gerakan Literasi Sains di Masyarakat
Literasi sains di masyarakat tidak jauh berbeda dengan literasi sains di keluarga, yaitu upaya peningkatan pengetahuan perihal banyak sekali dasar literasi sains, termasuk kemampuan untuk mengaplikasikan sains dasar dalam kehidupan bermasyarakat sehingga bermanfaat untuk kehidupan yang lebih baik.

5.2.1 Penguatan Kapasitas Fasilitator
  1. Menjaring pelaku literasi melalui kampanye literasi sains dalam bentuk infografis, videografis, leaflet, dan tayangan iklan masyarakat pada media massa. Materi kampanye ini sanggup meliputi manfaat penting sains pada kehidupan sehari- hari, alternatif kegiatan sains yang relevan dengan kegiatan masyarakat, dengan profesi/dari kalangan tertentu, dan lain- lain. Kampanye literasi sains sanggup dilakukan oleh forum pemerintah, perguruan tinggi, LSM, atau pelaku BUMN dan DUDI.
  2. Melakukan kegiatan dalam membangun kesadartahuan akan sains (contoh: kegiatan pengenalan sains kepada anak dalam bentuk seminar, lokakarya (workshop), dan kegiatan mengajarkan literasi sains kepada ibu-ibu PKK). Kegiatan-kegiatan membangun pemahaman sains dari masyarakat akan berdampak pada pemahaman anggota keluarga.
  3. Tersedianya modul-modul pembinaan dan penyuluhan berbasis sains untuk banyak sekali kalangan profesi dan elemen masyarakat. Modul-modul pembinaan sanggup dibentuk oleh forum pemerintahan, komunitas profesi yang relevan, perguruan tinggi, atau pelaku BUMN dan DUDI dengan kiprah dan fungsi yang relevan.
  4. Terselenggaranya pembinaan penulis, kelompok kerja guru, dan pegiat literasi untuk membuat materi bacaan berbasis sains. Pelatihan ini sanggup diselenggarakan oleh komunitas penulis, perguruan tinggi, atau penerbit buku.
  5. Terselenggaranya pembinaan oleh komunitas penulis, penerbit, dan perguruan tinggi untuk pegiat literasi yang bergiat dalam PKBM dan TBM dalam membuat materi bacaan bermuatan sains dan membuat kegiatan-kegiatan berbasis sains untuk anggota masyarakat yang didampingi.
  6. Pelatihan staf perpustakaan desa oleh forum pemerintah, pelaku bisnis, dan perguruan tinggi untuk membuat kegiatan-kegiatan berbasis sains yang relevan dengan kebutuhan masyarakat desa.
  7. Pelatihan staf kantor pemerintahan, ibarat kantor kelurahan dan kecamatan, dan kantor pelayanan kesehatan, ibarat puskesmas, oleh forum pemerintah, pelaku bisnis, dan perguruan tinggi untuk sanggup menyajikan informasi publik perihal literasi sains secara menarik dan efektif.
  8. Pelatihan anggota masyarakat yang bergiat dan berhimpun dalam perkumpulan, ibarat kelompok arisan, posyandu, kelompok pengusaha kecil dan menengah, dan kelompok buruh oleh forum pemerintah, pelaku bisnis, dan perguruan tinggi. Materi kegiatan berbasis sains yang relevan dengan kegiatan dan kebutuhan mereka.

5.2.2 Peningkatan Jumlah dan Ragam Sumber Belajar Bermutu
  1. Penyediaan materi bacaan dan sumber mencar ilmu sains di masyarakat melalui kerja sama dengan banyak sekali pihak. Semua warga masyarakat bertanggung jawab untuk menyokong kesuksesan literasi.
  2. Pemberdayaan museum-museum dan wahana mencar ilmu sains di sekitar, ibarat rumah pandai dan museum bahari. Masyarakat perlu meningkatkan jumlah dan kualitas kunjungan ke tempat-tempat tersebut biar sanggup menggali manfaat dan mengembangkan pengetahuan dan kecakapannya perihal sains.
  3. Pemberdayaan komunitas-komunitas kerja sebagai sumber belajar, ibarat komunitas nelayan, petani, dan penenun. Komunitas yang ada di masyarakat juga sanggup berperan serta dalam membangun budaya literasi, yaitu dengan gencar melaksanakan kegiatan-kegiatan yang mereka tekuni bersama masyarakat luas.
  4. Pelibatan banyak sekali LSM sebagai sumber belajar. LSM hendaknya berkegiatan bersama masyarakat dari banyak sekali lapisan dan memperlihatkan bantuan dalam pembudayaan literasi.
  5. Sosialisasi sumber-sumber mencar ilmu daring perihal literasi sains sebagai wangsit kegiatan berbasis sains. Sumber mencar ilmu daring dibutuhkan untuk memperkaya bermacam-macam materi bacaan perihal literasi sains dan sanggup diakses dengan mudah.
  6. Penerjemahan materi penunjang literasi sains. Bahan-bahan penunjang literasi sains sebagian besar memakai bahasa gila sehingga perlu diterjemahkan biar semua keluarga sanggup mengaksesnya dengan mudah.

5.2.3 Perluasan Akses Sumber Belajar Bermutu dan Cakupan Peserta Belajar
  1. Peningkatan jumlah akomodasi publik bertema sains. Fasilitas publik yang bertema sains mendekatkan dan menata pola pikir masyarakat biar lebih bersahabat dengan sains secara eksklusif dalam kehidupan sehari-hari.
  2. Adanya muatan sains dalam kegiatan-kegiatan rutin di masyarakat, misalnya, kebiasaan menanam dan merawat tumbuhan di lingkungan sekitar, membudidayakan tumbuhan- tumbuhan yang bermanfaat, dan melestarikan tumbuhan khas daerah.
  3. Peningkatan jalan masuk masyarakat terhadap sentra sumber belajar, ibarat PBKM, TBM, dan perpustakaan desa. Pusat sumber mencar ilmu ini terus didorong untuk bersikap proaktif mendekatkan materi bacaan, terutama yang bermuatan sains, kepada masyarakat. Misalnya, menggelar materi bacaan pada hari bebas kendaraan bermotor (car free day), musyawarah desa, dan kegiatan-kegiatan lain.
  4. Penyediaan materi bacaan sains dan permainan (board games) di ruang pelayanan publik, ibarat puskesmas, klinik, kantor kelurahan, kecamatan, dan kantor dinas kependudukan.
  5. Penyediaan pojok baca yang berisi materi bacaan sains di akomodasi publik. Bahan bacaan yang menarik yang dipajang pada pojok baca sanggup memancing ketertarikan masyarakat untuk membaca.
  6. Kampanye literasi sains di masyarakat melalui media massa dan media sosial. Kampanye dilakukan untuk memperkenalkan dan menyosialisasikan pentingnya literasi sains biar semakin banyak pihak yang terlibat. 

5.2.4 Peningkatan Pelibatan Publik
  1. Pelibatan BUMN dan DUDI untuk meningkatkan jumlah sumber mencar ilmu bermuatan sains. Misalnya, memperlihatkan wangsit kepada penerbit buku untuk memproduksi buku-buku kisah menarik bertema sains; meminta CSR perusahaan untuk mendukung pembuatan akomodasi umum dan akomodasi sosial bertema sains serta sarana informasi untuk memberikan data numerik untuk pelayanan publik.
  2. Peningkatan partisipasi BUMN dan DUDI untuk mendukung kegiatan literasi, pembangunan, pengembangan, dan pemeliharaan taman, akomodasi umum/sosial, dan museum sains yang memasukkan elemen sains, serta sarana untuk meningkatkan kesadarpahaman serta kecakapan sains publik.
  3. Pelibatan perguruan tinggi dalam program-program penelitian dan dedikasi masyarakat untuk meningkatkan jumlah sarana dan akomodasi pendukung bermuatan sains, serta untuk mengembangkan kesadaran dan kecakapan sains masyarakat.
  4. Pelibatan pelaku bisnis dalam pembuatan materi edukasi di media cetak, layar kaca, misalnya, dalam bentuk acara televisi untuk anak, remaja, dan orang remaja yang bermuatan sains.
  5. Pelibatan pelaku bisnis untuk melibatkan muatan sains dalam kegiatan penyuluhan publik. Materi kampanye ini disediakan di tempat yang gampang diakses publik, misalnya, apotek, puskesmas, dan koperasi.

5.2.5 Penguatan Tata Kelola
  1. Pengintegrasian kegiatan masyarakat dengan banyak sekali kegiatan literasi sains. Penyelenggaraan kegiatan masyarakat yang berkaitan dengan literasi sanggup memperlihatkan manfaat ganda.
  2. Pengalokasian anggaran khusus dalam dana desa dan dana pendampingan masyarakat untuk pengembangan materi, materi bacaan, dan kegiatan masyarakat berbasis dan bermuatan sains. Masyarakat perlu berperan serta dalam mengawal penggunaan dana desa yang dipakai dalam setiap kegiatan.
  3. Penguatan jaringan dan kerja sama antarunsur sentra mencar ilmu dalam masyarakat, misalnya, PKBM, TBM, perpustakaan daerah, tokoh masyarakat, forum swadaya masyarakat (LSM), institusi pemerintahan lain, universitas, serta institusi pendidikan lain dalam masyarakat.
  4. Pelibatan masyarakat dalam pengelolaan akomodasi umum yang terkait dengan literasi sains, ibarat taman baca, museum, dan taman kota. Fasilitas umum dibangun untuk kenyamanan masyarakat. Selayaknya masyarakat juga terlibat aktif dalam pengelolaan dan pemeliharaannya sebagai bentuk partisipasi.
  5. Peningkatan kapasitas pegiat literasi, staf pemerintahan, dan anggota masyarakat dalam pengelolaan dana, perencanaan kegiatan literasi sains secara baik dan efektif, dan pengawasan penggunaan dana akomodasi publik untuk kegiatan-kegiatan literasi sains yang eksklusif dirasakan keuntungannya oleh warga.

BAB 6 PENUTUP
Literasi sains merupakan kecakapan hidup kurun ke-21 yang meningkatkan kualitas sumber daya insan dan meningkatkan taraf hidup sehingga menjadi penentu kemajuan sebuah bangsa. Strategi peningkatan kecakapan sains perlu dilakukan secara berkelanjutan dan melibatkan seluruh warga sekolah, keluarga, dan semua komponen masyarakat. Strategi ini perlu dirumuskan bersama dan diubahsuaikan dengan konteks kebutuhan dan kondisi sosial budaya masyarakat yang beragam.

Materi pendukung literasi sains ini diperlukan bisa berperan sebagai kerangka pola bagi perumusan kegiatan literasi sains yang bermacam-macam dan kontekstual. Untuk mencapai pembaca sasaran dengan kondisi geografis, kebutuhan, dan minat yang beragam, materi pendukung ini juga sanggup menjadi pola bagi penyusunan materi sosialisasi turunan, ibarat infografis, videografis, leaflet, dan panduan teknis lainnya.

    Download Buku Literasi Sains (Materi Pendukung Gerakan Literasi Nasional)

    Selengkapnya mengenai susunan dan isi berkas Buku Literasi Sains (Materi Pendukung Gerakan Literasi Nasional) ini silahkan lihat dan unduh pada link di bawah ini:

    Buku Literasi Sains (Materi Pendukung Gerakan Literasi Nasional)



    Download File:
    Buku Literasi Sains (Materi Pendukung Gerakan Literasi Nasional).pdf

    Demikian yang bisa kami sampaikan mengenai keterangan berkas dan share file Buku Literasi Sains (Materi Pendukung Gerakan Literasi Nasional). Semoga bisa bermanfaat.

    Belum ada Komentar untuk "Buku Literasi Sains (Materi Pendukung Gerakan Literasi Nasional)"

    Posting Komentar

    Iklan Atas Artikel

    Iklan Tengah Artikel 1

    Iklan Tengah Artikel 2

    Iklan Bawah Artikel