Buku Guru Ips Smp Mts Kelas 9 K13 Revisi 2018

Berikut ini ialah berkas Buku Guru IPS Sekolah Menengah Pertama MTs Kelas 9 Kurikulum 2013 Revisi 2018. Download file format PDF.

 Berikut ini ialah berkas Buku Guru IPS Sekolah Menengah Pertama MTs Kelas  Buku Guru IPS Sekolah Menengah Pertama MTs Kelas 9 K13 Revisi 2018
Buku Guru IPS Sekolah Menengah Pertama MTs Kelas 9 K13 Revisi 2018

Buku Guru IPS Sekolah Menengah Pertama MTs Kelas 9 K13 Revisi 2018

Berikut ini kutipan teks/keterangan dari isi berkas Buku Guru IPS Sekolah Menengah Pertama MTs Kelas 9 Kurikulum 2013 Revisi 2018:

Kurikulum 2013 dirancang untuk memperkuat kompetensi siswa dari sisi pengetahuan, keterampilan, dan sikap secara utuh. Proses pencapaiannya melalui pembelajaran sejumlah mata pelajaran yang dirangkai sebagai suatu kesatuan yang saling mendukung pencapaian kompetensi tersebut. Bila pada jenjang SD/MI, semua mata pelajaran digabung menjadi satu dan disajikan dalam bentuk tema-tema, maka pada jenjang SMP/MTs pembelajaran sudah mulai dipisah menjadi mata pelajaran.

Kurikulum 2013 menuntut pembelajaran IPS secara terpadu, supaya pembelajaran IPS lebih bermakna bagi akseptor didik dalam konteks kehidupan sehari-hari. Peserta didik akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan utuh. Mata Pelajaran IPS mengkaji banyak sekali aspek kehidupan masyarakat secara terpadu, lantaran kehidupan masyarakat bahwasanya merupakan sebuah sistem dan totalitas dari banyak sekali aspek. Kehidupan masyarakat bersifat multi- dimensional, sehingga pembelajaran IPS yang dilaksanakan secara terpadu diharapkan bisa mengantarkan dan mengembangkan kompetensi akseptor didik ke arah kehidupan masyarakat dengan baik dan fungsional, mempunyai kepekaan sosial, dan bisa berpartisipasi dalam mengatasi masalah-masalah sosial yang terjadi.

Sebagai transisi menuju ke jenjang pendidikan menengah, pemisahan ini masih belum dilakukan sepenuhnya. Bidang-bidang ilmu Geogra?, Sejarah, Sosiologi, Antropologi, dan Ekonomi masih perlu disajikan sebagai suatu kesatuan dalam mata pelajaran IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial). Pembelajarannya ditujukan untuk memperlihatkan wawasan yang utuh bagi siswa SMP/MTs perihal konsep konektivitas ruang dan waktu beserta aktivitas- acara sosial di dalamnya.

Mata Pelajaran IPS dirumuskan atas dasar realitas sosial, baik pada tataran nasional, ASEAN, maupun global. Pelajaran IPS merupakan salah satu mata pelajaran wajib di SMP/MTs dengan ruang lingkup materi ialah geogra?, sosiologi, ekonomi, dan sejarah. Pembelajaran IPS perlu diorganisasikan dengan pendekatan interdisipliner, multidisipliner atau transdisipliner dari ilmu-ilmu sosial, humaniora, dan psikologi perkembangan akseptor didik. Mata Pelajaran IPS dilaksanakan melalui pembelajaran terpadu dengan memakai geogra? sebagai titik tolak (platform) kajian dengan pertimbangan semua tragedi terikat dengan lokasi. Tujuannya ialah menekankan pentingnya interaksi antarruang dalam memperkokoh NKRI. Pembelajaran IPS di Sekolah Menengah Pertama lebih mengutamakan realitas sosial sebagai materi pembelajaran untuk mengembangkan sikap peduli sosial, berpikir logis, sistematis, kritis, analitis, dan keterampilan sosial dalam menghadapi kala ke-21.

Buku ini menjabarkan perjuangan minimal yang harus dilakukan siswa untuk mencapai kompetensi yang diharapkan. Sesuai dengan pendekatan yang dipergunakan dalam Kurikulum 2013, siswa diajak berani untuk mencari sumber berguru lain yang tersedia dan terbentang luas di sekitarnya. Peran guru sangat penting untuk meningkatkan dan menyesuaikan daya serap siswa dengan ketersediaan kegiatanpada buku ini. Guru sanggup memperkayanya dengan kreasi dalam bentuk kegiatan-kegiatan lain yang sesuai dan relevan yang bersumber dari lingkungan sosial dan alam.

Petunjuk Umum Buku Guru Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial ini disusun sebagai panduan bagi guru dalam penggunaan Buku Siswa. Buku ini terdiri atas dua cuilan utama. Bagian pertama berisi petunjuk umum perihal pembelajaran IPS. Bagian kedua menguraikan pembelajaran IPS untuk setiap Bab, Sub-Bab, dan Sub-Sub Bab, sesuai dengan Buku Siswa. Melalui Buku Guru ini, diharapkan guru mendapatkan kemudahan dalam pemahaman perihal cara membelajarkan, penilaian, melaksanakan remedi, pengayaan, serta interaksi dengan orang tua. Buku Guru mata pelajaran IPS ini diharapkan sanggup membantu guru dalam memfasilitasi akseptor didik untuk berguru secara aktif, e?sien dan efektif, sehingga bisa mencapai Standar Kompetensi Lulusan (SKL).

Pembelajaran IPS

1. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran IPS Kelas IXMata pelajaran IPS dalam Kurikulum 2013 dikembangkan menurut Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD), yang secara rinci sanggup dijelaskan sebagai berikut

Kompetensi Inti
1. Menghargai dan menghayati pedoman agama yang dianutnya
2. Menghargai dan menghayati sikap jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya.
3. Memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) menurut rasa ingin tahunya perihal ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan tragedi tampak mata.
Kompetensi Dasar
3.1. Menelaah perubahan keruangan dan interaksi antarruang negara-negara Asia dan benua lainnya yang diakibatkan faktor alam, insan dan pengaruhnya terhadap keberlangsungan kehidupan insan dalam ekonomi, sosial, pendidikan dan politik.
3.2. Menganalisis perubahan kehidupan sosial budaya Bangsa Indonesia dalam menghadapi arus globalisasi untuk memperkokoh kehidupan kebangsaan.
3.3. Menganalisis ketergantungan antarruang dilihat dari konsep ekonomi (produksi, distribusi, konsumsi, harga, pasar) dan pengaruhnya terhadap migrasi penduduk, transportasi, forum sosial dan ekonomi, pekerjaan, pendidikan, dan kesejahteraan masyarakat.
3.4. Menganalisis kronologi, perubahan dan kesinambungan ruang (geogra?s, politik, ekonomi, pendidikan, sosial, budaya) dari awal kemerdekaan hingga awal reformasi.

4. Mengolah, menyaji, dan menalar dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodi?kasi, dan membuat) dan ranah abnormal (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori kebangsaan.
4.1. Menyajikan hasil telaah perihal perubahan keruangan dan interaksi antarruang negara-negara Asia dan benua lainnya yang diakibatkan faktor alam, insan dan pengaruhnya terhadap keberlangsungan kehidupan insan dalam ekonomi, sosial, pendidikan dan politik.
4.2. Menyajikan hasil analisis perihal perubahan kehidupan sosial budaya Bangsa Indonesia dalam menghadapi arus globalisasi untuk memperkokoh kehidupan kebangsaan.
4.3. Menyajikan hasil analisis perihal ketergantungan antarruang dilihat dari konsep ekonomi (produksi, distribusi, konsumsi, harga, pasar) dan pengaruhnya terhadap migrasi penduduk, transportasi, forum sosial dan ekonomi, pekerjaan, pendidikan, dan kesejahteraan masyarakat.
4.4. Menyajikan hasil analisis kronologi, perubahan dan kesinambungan ruang (geografis, politik, ekonomi, pendidikan, sosial, budaya) dari awal kemerdekaan hingga awal reformasi.

Mata Pelajaran IPS berperan penting untuk: (1) Memperkenalkan konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya; (2) Membekali kemampuan dasar untuk berpikir logis, kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial; (3) Memupuk kesepakatan dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan; dan (4) Membina kemampuan berkomunikasi, bekerjasama, dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, baik ditingkat nasional, ASEAN maupun global.

Manusia sebagai makhluk sosial berinteraksi dengan sesamanya, mulai dari keluarga hingga masyarakat global. Setiap orang semenjak lahir, tidak sanggup dipisahkan dari insan lain. Manusia juga memanfaatkan lingkungan untuk memenuhi kebutuhannya. Semua tindakan insan itu harus dipertanggungjawabkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Mata Pelajaran IPS dirumuskan atas dasar realitas sosial, baik pada tataran nasional, ASEAN, maupun global. Pelajaran IPS merupakan salah satu mata pelajaran wajib di SMP/MTs dengan ruang lingkup materi ialah geogra?, sosiologi, ekonomi, dan sejarah. Pembelajaran IPS perlu diorganisasikan dengan pendekatan interdisipliner, multidisipliner atau transdisipliner dari Ilmu-Ilmu Sosial, Humaniora, dan Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Mata Pelajaran IPS dilaksanakan melalui pembelajaran terpadu dengan memakai geogra? sebagai titik tolak (platform) kajian dengan pertimbangan semua tragedi terikat dengan lokasi. Tujuannya ialah menekankan pentingnya interaksi antarruang dalam memperkokoh NKRI. Pembelajaran IPS di Sekolah Menengah Pertama lebih mengutamakan realitas sosial sebagai materi pembelajaran untuk mengembangkan sikap peduli sosial, berpikir logis, sistematis, kritis, analitis, dan keterampilan sosial dalam menghadapi kala ke-2.

Pembelajaran IPS Kelas IX dikembangkan selama satu tahun yang meliputi 120 ahad dengan beban berguru per ahad selama 4 x 40 menit. Untuk memfasilitasi akseptor didik menguasai KD, dipakai Buku Siswa yang berbasis pada 13 dan dikemas dalam empat materi pokok sebagai berikut.
a. Materi Pokok 1: Interaksi Antaranegara Asia dan Negara Lainnya 
b. Materi Pokok 2: Perubahan Sosial Budaya dan Globalisasi
c. Materi Pokok 3: Ketergantungan antarruang dan Pengaruhnya terhadap Kesejahteraan Masyarakat
d. Materi Pokok 4: Masyarakat Indonesia dari Masa Kemerdekaan Sampai Masa Reformasi

2. Tujuan Pembelajaran IPS
Tujuan utama pembelajaran IPS ialah biar akseptor didik mempunyai kemampuan dalam berpikir logis dan kritis untuk memahami konsep dan prinsip yang berkaitan dengan pola dan persebaran keruangan, interaksi sosial, pemenuhan kebutuhan, dan perkembangan kehidupan masyarakat dan/ atau mengatasi masalah-masalah sosial. Secara rinci tujuan Mata Pelajaran IPS ialah biar akseptor didik mempunyai kemampuan:
a. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya;
b. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis, kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, dan terampil memecahkan duduk masalah dalam kehidupan masyarakat;
c. Memiliki kesepakatan dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan;
d. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama, dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.

Sementara itu sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 103 tahun 2013 perihal Pembelajaran Pada Pendidikan Dasar dan Menengah, prinsip pembelajaran ialah sebagai berikut:
a. Peserta didik difasilitasi untuk mencari tahu.
b. Peserta didik berguru dari banyak sekali sumber belajar.
c. Proses pembelajaran memakai pendekatan ilmiah.
d. Pembelajaran berbasis kompetensi.
e. Pembelajaran terpadu.
f. Pembelajaran yang menekankan pada balasan divergen yang mempunyai kebenaran multi dimensi.
g. Pembelajaran berbasis keterampilan aplikatif.
h. Peningkatan keseimbangan, kesinambungan, dan keterkaitan antara hard-skills dan soft-skills.
i. Pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan akseptor didik sebagai pembelajar sepanjang hayat.
j. Pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi keteladanan (ing ngarso sung tulodo), membangun kemauan (ing madyo mangun karso), dan mengembangkan kreativitas akseptor didik dalam proses pembelajaran (tut wuri handayani).
k. Pembelajaran yang berlangsung di rumah, di sekolah, dan di masyarakat.
l. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan e?siensi dan efektivitas pembelajaran.
m. Pengakuan atas perbedaan individual dan latar belakang budaya akseptor didik.
n. Suasana berguru menyenangkan dan menantang.

3. Materi Pembelajaran IPS
IPS pada hakikatnya ialah telaah perihal insan dalam korelasi sosialnya atau kemasyarakatannya. Manusia sebagai makhluk sosial akan mengadakan korelasi sosial dengan sesamanya, mulai dari keluarga hingga masyarakat, baik pada lingkup lokal, nasional, regional, bahkan global. Hal ini sebagaimana diungkap oleh Nursid Sumaatmadja (2007: 1. 3) bahwa setiap orang semenjak lahir, tidak terpisahkan dari insan lain. Selanjutnya, dalam pertumbuhan jasmani dan perkembangan rohani sesuai dengan penambahan umur, pengenalan dan pengalaman seseorang terhadap kehidupan masyarakat di lingkungan sekitarnya yang makin berkembang dan meluas.

Materi pembelajaran IPS diambil dari kehidupan nyata yang terdapat di lingkungan masyarakat. Bahan atau materi diambil dari pengalaman pribadi, teman-teman sebaya, serta lingkungan alam, dan masyarakat sekitarnya. Dengan cara ini diharapkan, materi akan lebih gampang dipahami lantaran mempunyai makna lebih besar bagi para akseptor didik daripada materi pembelajaran yang abnormal dan rumit yang berasal dari Ilmu-ilmu Sosial. Ruang lingkup materi IPS meliputi sikap sosial, ekonomi dan budaya insan di masyarakat. Masyarakat merupakan sumber utama IPS. Aspek kehidupan sosial terkait dengan ruang daerah tinggalnya apapun yang dipelajari, apakah itu korelasi sosial, ekonomi, budaya, kejiwaan, sejarah, geogra?s ataukah politik, sumbernya ialah masyarakat.

Sebagaimana dijelaskan oleh Winataputra (2007: 1. 48) bahwa visi pendidikan IPS sebagai acara pendidikan yang menitikberatkan pada pengembangan individu akseptor didik sebagai �aktor sosial� yang bisa mengambil keputusan yang bernalar dan sebagai �warga negara� yang cerdas, mempunyai komitmen, bertanggung jawab dan partisipatif. Melalui pendidikan IPS, akseptor didik dibina dan dikembangkan kemampuan mental serta intelektualnya menjadi warga Negara yang mempunyai keterampilan dan kepedulian sosial serta bertanggung jawab terhadap pembangunan nasional dengan memanfaatkan potensi sumber daya yang ada secara optimal dan lestari.

Ruang lingkup/scope materi IPS meliputi materi substansi/konten/isi, materi proses, dan materi sikap. Materi substansi meliputi fakta, konsep, generalisasi, dan teori. Materi proses, meliputi menerima, mencari, mengumpulkan, merumuskan, dan melaporkan informasi. Informasi ini meliputi insan dan lingkungannya. Pengorganisasian materi sikap atau afeksi, di mana ada sistematisasi bahan, informasi, dan atau kemampuan yang telah dimiliki perihal insan dan lingkungannya, sehingga menjadi lebih bermakna. Pengorganisasian materi sikap diharapkan sanggup menciptakan akseptor didik lebih peka dan tanggap terhadap banyak sekali duduk masalah sosial secara rasional dan bertanggung jawab. Selain itu, pengorganisasian materi sikap sanggup mempertinggi rasa toleransi dan persaudaraan di lingkungan sendiri dan masyarakat yang lebih luas.

Proses pembelajaran IPS di SMP, tidak menekankan pada aspek teoritis keilmuannya, melainkan lebih menekankan pada segi mudah mempelajari, menelaah, serta mengkaji tanda-tanda dan duduk masalah sosial. Adapun sumber materi IPS meliputi :
a. Segala sesuatu atau apa saja yang ada dan terjadi di sekitar akseptor didik semenjak dari keluarga, sekolah, desa, kecamatan hingga lingkungan yang luas, yaitu negara dan dunia dengan banyak sekali permasalahannya.
b. Kegiatan manusia, contohnya mata pencaharian, pendidikan, agama, produksi, komunikasi, dan transportasi.
c. Lingkungan geogra?s dan budaya meliputi segala aspek geogra?s dan antropologis dari lingkungan akseptor didik yang terdekat hingga yang terjauh.
d. Kehidupan masa lampau, perkembangan kehidupan manusia, sejarah yang dimulai dari sejarah lingkungan terdekat hingga yang terjauh, perihal tokoh- tokoh dan kejadian-kejadian yang besar.

4. Pendekatan dan Model Pembelajaran IPS
a. Pendekatan Pembelajaran IPS
Perubahan kurikulum meliputi isi, proses, dan penilaian. Peserta didik harus aktif membangun pengetahuan dalam proses pembelajaran. Guru sebagai fasilitator, memakai banyak sekali sumber dan media pembelajaran serta memakai pembelajaran sainti?k. Pembelajaran sainti?k menuntut akseptor didik untuk aktif membangun pengetahuan sendiri melalui acara ilmiah yaitu mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, menalar/ mengasosiasi, mengomunikasikan. Adapun kriteria pembelajaran sainti?k ialah sebagai berikut:
  1. Materi pembelajaran berbasis fakta atau fenomena yang sanggup dijelaskan dengan logika atau kecerdikan sehat tertentu; bukan sebatas kira- kira, khayalan, atau dongeng semata.
  2. Penjelasan guru, respon akseptor didik, dan interaksi edukatif guru-peserta didik harus logis, terbebas dari prasangka, pemikiran subjektif, atau kecerdikan sehat yang menyimpang dari alur berpikir logis.
  3. Mendorong dan menginspirasi akseptor didik berpikir secara kritis, analistis, dan sempurna dalam mengidenti?kasi dan memahami materi, bisa memecahkan duduk masalah dan mengaplikasikan materi pembelajaran dalam kehidupan sehari-hari.
  4. Mendorong dan menginspirasi akseptor didik untuk bisa berpikir hipotetik (pendugaan) menurut pola pikir yang rasional, objektif dan berbasis keilmuan.
  5. Mendorong dan menginspirasi akseptor didik biar bisa memahami, melihat perbedaan, persamaan, kaitan antarmateri pembelajaran, menerapkan, mengembangkan, dan merespon materi pembelajaran secara logis dan rasional berbasis pada fakta,data, konsep, dan teori yang sanggup dipertanggungjawabkan.
  6. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara operasional dan jelas.
  7. Pembelajaran dikembangkan secara terintegrasi atau terpadu antara aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Ranah sikap dalam mentransformasi materi latih yang mendorong biar akseptor didik �tahu mengapa�, ranah pengetahuan biar akseptor didik �tahu apa�, dan ranah keterampilan biar akseptor didik �tahu bagaimana�.
  8. Hasil selesai pembelajaran IPS ialah peningkatan dan keseimbangan antara aspek sikap (spiritual dan sosial) menjadi insan yang baik(soft skills) dan insan yang mempunyai pengetahuan dan keterampilan untuk hidup secara layak (hard skills).
Pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud meliputi mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, menalar/ mengasosiasi, dan mengomunikasikan.
1) Mengamati
Kegiatan mengamati sanggup dilakukan melalui dua cara yaitu: (a) pengamatan eksklusif terhadap objek baik di dalam kelas maupun di luar sekolah; (b) pengamatan secara tidak eksklusif dengan meng- hadirkan lingkungan atau objek dalam bentuk model, tabel, peta, gambar, foto, maket, tayangan ?lm dan lain sebagainya perihal objek dipelajari. Kegiatan mengamati dalam pembelajaran IPS dilakukan melalui acara sebagai berikut :
a) Persiapan melaksanakan pengamatan
  1. Menentukan objek apa yang akan diobservasi.
  2. Menentukan secara terperinci dan niscaya datayang akan diperoleh melalui observasi.
  3. Menentukan di mana daerah objek yang akan diobservasi. akseptor didik harus logis, terbebas dari prasangka, pemikiran subjektif, atau kecerdikan sehat yang menyimpang dari alur berpikir logis.
  4. Membuat pedoman observasi sesuai dengan lingkup objek yang akan diobservasi dan alat pencatat (alat perekam) yang akan digunakan.
  5. Menentukan secara terperinci bagaimana observasi akan dilakukan biar pengamatan dan mengumpulkan data berjalan gampang dan lancar.
  6. Menentukan cara pencatatan atas hasil observasi, menyerupai memakai lembar observasi, peta, buku catatan, kamera, tape recorder, video perekam, dan alat-alat tulis lainnya.
b) Pelaksanaan Pengamatan
  1. Mengamati objek secara eksklusif yang berupa fenomena alam dengan memakai lembar observasi.
  2. Mengamati objek secara eksklusif yang berupa fenomena sosial dengan memakai lembar observasi.
  3. Mengamati suatu proses atau simulasi dengan memakai lembar pengamatan.
  4. Mengamati model (maket), peta, globe, gambar, foto, gra?k, kurva.
  5. Mengamati tayangan video.
Pengamatan sanggup diadaptasi dengan tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, media pembelajaran dan sumber berguru lainnya. Kegiatan mengamati sanggup dilakukan memakai dua teknik yaitu mengamati dengan memakai instrumen (lembar observasi dan alat perekam), juga dilakukan dengan memakai indra (membaca, mendengar, menyimak, melihat, dan menonton) dengan atau tanpa alat.

2) Menanya
Setelah proses observasi, acara berikutnya ialah akseptor didik mengajukan pertanyaan menurut hasil pengamatan. Menanya meliputi kegiatan menciptakan dan mengajukan pertanyaan, tanya jawab, berdiskusi perihal informasi yang belum dipahami, informasi komplemen yang ingin diketahui, atau sebagai klari?kasi. Aktivitas bertanya bukan dilakukan oleh guru, melainkan oleh akseptor didik menurut hasil pengamatan yang telah mereka lakukan. Guru memberi kesempatan kepada akseptor didik lain untuk menjawab, atau bertanya, sehingga terjadi diskusi atau tanya jawab yang aktif secara keseluruhan akseptor didik.

Aktivitas menanya merupakan hasil proses berpikir dan keterampilan yag perlu dilatih. Keterampilan menyusun pertanyaan sangat penting untuk melatih berpikir dan berbicara secara sistematis/runtut, memakai bahasa yang baik, menghargai pendapat orang, mendengarkan orang lain, dan membiasakan sopan santun dalam berbicara. Bila tidak ada akseptor didik yang bertanya, guru sanggup mengajukan pertanyaan yang memancing, menyerupai mengapa acara ekonomi menyerupai itu ada di sana, bagaimana proses acara sanggup berlangsung, apa penyebabnya, dan seterusnya.

3) Mengumpulkan Informasi
Setelah proses menanya, acara berikutnya ialah mengumpulkan data atau informasi dari banyak sekali sumber. Kegiatan mengumpulkan informasi meliputi mengeksplorasi, mencoba, berdiskusi, mendemonstrasikan, menjiplak bentuk/gerak, melaksanakan eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks, mengumpulkan data dari nara sumber melalui angket, wawancara, dan memodi?kasi/ menambahi/mengembangkan.

Data atau informasi sanggup diperoleh baik secara eksklusif dari lapangan maupun dari banyak sekali materi bacaan. Hasil pengumpulan data tersebut kemudian menjadi materi bagi akseptor didik untuk melaksanakan pembuktian, sehingga akseptor didik memperoleh dan membangun pengetahuan menurut bukti-bukti empiris. Bila informasi dari akseptor didik kurang memuaskan, maka guru sanggup memperlihatkan sumber, data dan atau petunjuk lain yang sanggup menambahkan dan memperkuat balasan yang benar, sehingga fakta dan data lebih meyakinkan kebenarannya.

4) Menalar/Mengasosiasi
Kegiatan menalar/mengasosiasi meliputi mengolah informasi yang sudah dikumpulkan, menganalisis data dalam bentuk menciptakan kategori, mengasosiasi atau menghubungkan fenomena/informasi yang terkait dalam rangka menemukan suatu pola, dan menyimpulkan. Penalaran ialah proses berpikir yang logis dan sistematis atas fakta yang diobservasi, untuk kemudian diperoleh simpulan secara empiris menurut bukti-bukti, sehingga tersusunlah pengetahuan. Menalar/mengasosiasi sanggup diartikan sebagai penunjukkan data atau fakta sebagai bukti telah melaksanakan observasi dan pencarian informasi atau data. Pendekatan sainti?k banyak merujuk pada teori berguru asosiasi yaitu mengembangkan kemampuan mengidenti?kasi dan mengelompokkan ragam fakta atau tragedi menurut kriteria tertentu sehingga gampang diingat. Hasil dari acara menalar/mengasosiasi ialah kesimpulan. Kesimpulan yang diperoleh berupa asosiasi atau mengaitkan antara dunia nyata dengan konsep keilmuan, dan sebaliknya konsep keilmuan sanggup diaplikasikan dalam dunia nyata.

Contoh: Peserta didik menunjukan adanya asosiasi contohnya efek bentuk muka bumi terhadap acara manusia. Bukti yang sanggup ditunjukkan contohnya tabel, gambar, dan teori yang telah dikumpulkan dari banyak sekali sumber. Dalam mengamati permukaan bumi (langsung atau melalui peta) dikelompokkan atas dataran, perbukitan dan pegunungan. Berdasarkan acara ekonomi ada perkebunan, pertanian sawah, dan perikanan. Kedua fakta tersebut (morfologi dan acara ekonomi) diasosiasikan dimana aktivitasnya bertani sawah, berkebun, dan beternak ikan, mengapa demikian dan seterusnya sehingga terdapat kaitan antara dua fakta tersebut.

5) Mengomunikasikan
Mengomunikasikan ialah penyampaian hasil atau temuan kepada pihak lain melalui goresan pena atau lisan. Kegiatan mengomunikasikan meliputi menyajikan laporan dalam bentuk bagan, diagram, atau gra?k; menyusun laporan tertulis; dan menyajikan laporan meliputi proses, hasil, dan kesimpulan secara lisan. Keterampilan menyajikan atau mengomunikasikan hasil temuan sangat penting dalam proses pembelajaran. Dalam kegiatan mengomunikasikan guru sanggup menilai kemampuan akseptor didik secara terintegrasi dan komprehensif antara penguasaan materi, pola pikir, berbahasa, dan keterampilan sosial menyerupai berbagi, bergiliran, santun, menghargai orang, dan ekspresi badan lainnya. Contoh: Peserta didik sesuai dengan kelompoknya memaparkan hasil temuan, tanya jawab dan menyimpulkan di kelas.

Pembelajaran IPS harus disajikan memakai pendekatan ilmiah (sainti?k/scientific), dan memakai model yang dianjurkan dalam Kurikulum 2013, yaitu discovery-inquiry based learning, problem based learning, dan project based learning. Pembelajaran dengan pendekatan sainti?k sanggup dide?nisikan sebagai pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa sehingga akseptor didik secara aktif membangun konsep, hukum, atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi dan mengomunikasikan (5M).

Langkah-langkah tersebut sanggup dilanjutkan dengan mencipta. Dalam melaksanakan proses pembelajaran IPS, dukungan guru diperlukan, tetapi dukungan itu harus semakin berkurang ketika akseptor didik semakin bertambah cukup umur atau semakin tinggi kelasnya. Pembelajaran dengan pendekatan sainti?k antara lain didasarkan pada prinsip pembelajaran sebagai berikut:
  1. Berpusat pada akseptor didik,
  2. Memberi kesempatan pada akseptor didik untuk mengkonstruk konsep,
  3. Mendorong terjadinya peningkatan kecakapan berpikir akseptor didik,
  4. Meningkatkan motivasi berguru akseptor didik, dan
  5. Memberikan kesempatan kepada akseptor didik untuk melatih kemampuan dalam komunikasi.
Secara umum pembelajaran dengan pendekatan sainti?k dilakukan melalui langkah-langkah:
  1. Peserta didik melaksanakan pengamatan atas suatu fenomena yang berupa gambar/video, lingkungan sekitar untuk mengidenti?kasi hal-hal yang ingin diketahui dari hasil pengamatan.
  2. Peserta didik merumuskan pertanyaan menurut hal-hal yang ingin diketahui akseptor didik pada dikala melaksanakan pengamatan. Mengumpulkan data atau informasi dengan banyak sekali teknik, seperti: membaca Buku Siswa, mencari di internet, wawancara dengan narasumber atau melaksanakan pengamatan di lapangan.
  3. Menganalisis data atau informasi yang diperoleh dari banyak sekali sumber untuk menjawab pertanyaan yang telah dirumuskan hingga diperoleh suatu kesimpulan atas balasan dari pertanyaan yang telah dirumuskan,
  4. Mengomunikasikan kesimpulan dengan cara mempresentasikan di depan kelas, melekat kesimpulan pada dinding kelas atau daerah yang telah disediakan sebagai wahana berguru akseptor didik.

b. Model-Model Pembelajaran IPS
Model-model pembelajaran yang direkomendasikan di dalam standar proses adalah: Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM), Pembelajaran Berbasis Proyek (PBP), dan Discovery-Inquiry (DI). Ketiga model tersebut diharapkan sanggup memperkuat penerapan pendekatan sainti?k dalam pembelajaran. Agar guru sanggup memperoleh pemahaman perihal bagaimana mengimplementasikan model-model pembelajaran tersebut akan diuraikan satu per satu pada uraian berikut.

1) Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)
Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) atau dalam bahasa Inggris disebut Problem Based Learning (PBL) ialah pembelajaran yang memakai duduk masalah nyata sebagai konteks atau sarana bagi akseptor didik untuk mengembangkan keterampilan menuntaskan duduk masalah dan berpikir kritis serta membangun pengetahuan baru. Dalam Pembelajaran Berbasis Masalah, akseptor didik, secara individual maupun berkelompok, menuntaskan duduk masalah nyata tersebut dengan memakai taktik atau pengetahuan yang telah dimiliki. Secara kritis, akseptor didik menemukan masalah, menginterpretasikan masalah, mengidenti?kasi faktor penyebab hukum, dan prinsip,terjadinya masalah, mengidenti?kasi informasi dan menemukan taktik yang diharapkan untuk menuntaskan masalah, mengevaluasi kesesuaian taktik dan solusi, dan mengomunikasikan simpulan.

Tujuan utama PBM bukanlah penyajian sejumlah besar fakta kepada akseptor didik, melainkan pada pengembangan kemampuan akseptor didik untuk berpikir kritis, menuntaskan masalah, dan sekaligus mengembangkan pengetahuannya. PBM mengacu kepada prinsip-prinsip pembelajaran lainnya menyerupai pembelajaran berbasis proyek (project- based-learning), pembelajaran berbasis pengalaman (experience-based learning), pembelajaran autentik (authentic learning) dan pembelajaran bermakna (anchored instruction). Model pembelajaran tersebut cocok untuk pengembangan kemampuan berpikir tingkat tinggi lantaran dengan model tersebut akseptor didik akan terbantu untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya, dan menyusun pengetahuan mereka sendiri perihal lingkungan sekitarnya.

2) Pembelajaran Berbasis Proyek (PBP)
Pembelajaran Berbasis Proyek (PBP) atau dalam bahasa Inggris dinamakan Project-Based Learning (PjBL) ialah model pembelajaran yang memakai proyek/kegiatan sebagai proses pembelajaran untuk mencapai kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Penekanan pembelajaran terletak pada acara akseptor didik untuk menghasilkan produk dengan menerapkan keterampilan meneliti, menganalisis, membuat, hingga dengan mempresentasikan produkpembelajaran menurut pengalaman nyata. Produk yang dimaksud ialah hasil proyek dalam bentuk desain, skema, karya tulis, karya seni, karya teknologi/prakarya, dan lain-lain. Pendekatan ini memperkenankan pesera didik untuk bekerja secara sanggup berdiri diatas kaki sendiri maupun berkelompok dalam mengkostruksikan produk nyata. Tujuan Pembelajaran Berbasis Proyek (PBP) ialah sebagai berikut:
a). Memperoleh pengetahuan dan keterampilan gres dalam pembelajaran
b). Meningkatkan kemampuan akseptor didik dalam pemecahan masalah
proyek.
c). Membuat akseptor didik lebih aktif dalam memecahkan duduk masalah proyek yang kompleks dengan hasil produk nyata berupa barang atau jasa.
d). Mengembangkan dan meningkatkan keterampilan akseptor didik dalam mengelola sumber/bahan/alat untuk menuntaskan tugas/proyek.
e). Meningkatkan kerja sama akseptor didik khususnya pada PBP yang bersifat kelompok.

Dalam PBP, akseptor didik diberikan kiprah dengan mengembangkan tema/ topik dalam pembelajaran dengan melaksanakan kegiatan proyek yang realistik. Di samping itu, penerapan pembelajaran berbasis proyek ini mendorong tumbuhnya kreativitas, kemandirian, tanggung jawab, kepercayaan diri, serta berpikir kritis dan analitis pada akseptor didik.

Sementara tahap-tahap proses pembelajaran berbasis proyek secara garis besar meliputi: persiapan, pelaksanaan dan evaluasi. Pada tahap persiapan meliputi kegiatan menemukan tema/topik proyek, merancanglangkah penyelesaian proyek dan menyusun jadwal proyek. Pada tahap pelaksanaan meliputi kegiatan proses penyelesaian proyek dengan difasilitasi dan dimonitoring dari guru serta penyusunan laporan dan presentasi/publikasi hasil proyek. Pada tahap penilaian meliputi kegiatan penilaian proses dan hasil kegiatan proyek.

Berikut ialah contoh kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis proyek pada tahap kegiatan persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi

a) Persiapan
Dalam persiapan, diawali dengan klarifikasi guru perihal materi yang dipelajari yang diikuti dengan arahan kiprah proyek yang dilengkapi dengan persyaratan tertentu, termasuk ketentuan waktu. Selanjutnya langkah-langkah PBP ialah sebagai berikut :
  1. Menentukan Proyek, yaitu menentukan tema/topik untuk menghasilkan produk (laporan observasi/penyelidikan, rancangan karya seni, atau karya keterampilan) dengan karakteristik mata pelajaran dengan menekankan keorisinilan produk. Penentuan produk juga diadaptasi dengan kriteria tugas, dengan mempertimbangkan kemampuan akseptor didik dan sumber/bahan/alat yang tersedia.
  2. Merancang langkah-langkah penyelesaian proyek dari awal hingga akhir. Pada kegiatan ini, akseptor didik mengidenti?kasi bagian-bagian produk yang akan dihasilkan dan langkah-langkah serta teknik untuk menuntaskan bagian-bagian tersebut hingga dicapai produk akhir.
  3. Menyusun jadwal pelaksanaan proyek, yaitu menyusun tahap- tahap pelaksanaan proyek dengan mempertimbangkan kompleksitas langkah-langkah dan teknik penyelesaian produk serta waktu yang ditentukan guru.

b) Pelaksanaan
  1. Menyelesaikan proyek dengan difasilitasi dan dipantau guru, yaitu mencari atau mengumpulkan data/material dan kemudian mengolahnya untuk menyusun/mewujudkan cuilan demi cuilan hingga dihasilkan produk akhir.
  2. Mempresentasikan/mempublikasikan hasil proyek, yaitu menyajikan produk dalam bentuk presentasi, diskusi, pameran, atau publikasi (dalam majalah dinding atau internet) untuk memperoleh tanggapan dari akseptor didik yang lain, guru, dan bahkan juga masyarakat.
c) Evaluasi
Evaluasi proses dan hasil proyek dilakukan dengan pelaksanan proyek dan penilaian produk yang dihasilkan untuk mengetahui ketercapaian tujuan proyek.

3) Pembelajaran Discovery-Inquiry
Model Pembelajaran Diskoveri (Discovery Learning) diartikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila pembelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk ?nalnya, tetapi diharapkan akseptor didik bisa mengorganisasi sendiri hasil belajarnya. Sebagai model pembelajaran, Discovery Learning mempunyai prinsip yang sama dengan pembelajaran inkuiri (Inquiry-Learning). Tidak ada perbedaan prinsip di antara kedua istilah ini. Discovery Learning lebih menekankan pada ditemukannya konsep atau prinsip yang sebelumnya tidak diketahui. Perbedaannya dengan inquiry ialah bahwa pada discovery duduk masalah yang diperhadapkan kepada akseptor didik semacam duduk masalah yang direkayasa oleh guru. Dalam mengaplikasikan metode Discovery Learning guru berperan sebagai pembimbing dengan memperlihatkan kesempatan kepada akseptor didik untuk berguru secara aktif, sebagaimana pendapat guru harus sanggup membimbing dan mengarahkan kegiatan berguru akseptor didik sesuai dengan tujuan. Kondisi menyerupai ini ingin merubah kegiatan berguru mengajar yang teacher oriented menjadi student oriented. Bahan latih tidak disajikan dalam bentuk akhir, sehingga akseptor didik dituntut untuk melaksanakan banyak sekali kegiatan menghimpun informasi, membandingkan, mengkategorikan, menganalisis, mengintegrasikan, mereorganisasikan materi serta menciptakan simpulan-simpulan. (Implementasi Kurikulum 2013, Materi Pelatihan Guru, Ilmu Pengetahuan Sosial SMP, Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan, 2013) Langkah-Langkah Pembelajaran Discovery-Inquiry sebagai berikut.
a) Langkah Persiapan
  1. Menentukan tujuan pembelajaran.
  2. Melakukan identi?kasi karakteristik akseptor didik (kemampuan awal, minat, gaya belajar, dan sebagainya).
  3. Memilih materi pembelajaran.
  4. Menentukan topik-topik yang harus dipelajari akseptor didik secara induktif (dari contoh-contoh generalisasi).
  5. Mengembangkan bahan-bahan pembelajaran yang berupa contoh-contoh, ilustrasi, kiprah dan sebagainya untuk dipelajari akseptor didik.
  6. Mengatur topik-topik materi pembelajaran dari yang sederhana ke kompleks, dari yang konkret ke abstrak, atau dari tahap enaktif, ikonik hingga ke simbolik.
  7. Melakukan penilaian proses dan hasil berguru akseptor didik.
b) Pelaksanaan
  1. Stimulasi/Pemberian Rangsangan; Pertama-tama akseptor didik dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan masalah. Kemudian guru sanggup memulai kegiatan PBM dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan acara berguru lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah.
  2. Pernyataan/Identi?kasi Masalah; Selanjutya guru memberi kesempatan kepada akseptor didik untuk mengidenti?kasi sebanyak mungkin duduk masalah yang relevan dengan materi pembelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk balasan sementara atas pertanyaan/masalah.
  3. Pengumpulan Data; Peserta didik mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk menunjukan benar atau tidaknya balasan sementara atas pertanyaan/masalah. Pada tahap ini akseptor didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan banyak sekali informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati objek, wawancara dengan narasumber, melaksanakan uji coba sendiri dan sebagainya.
  4. Pengolahan Data; Semua informai hasil bacaan, wawancara, observasi, dan sebagainya, diolah, diklasi?kasikan, ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan model tertentu serta dimaknai.
  5. Pembuktian; Pada tahap ini akseptor didik melaksanakan pemeriksaan secara cermat untuk menunjukan benar atau tidaknya balasan sementara atas pertanyaan/masalah.
  6. Penarikan Simpulan/Generalisasi; Tahap generalisasi/simpulan ialah proses menarik sebuah kesimpulan yang sanggup dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua tragedi atau duduk masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil veri?kasi. (Syah, 2004, dalam Materi Pelatihan Guru, Ilmu Pengetahuan Sosial SMP, Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan, 2013).

Langkah-Langkah Pembelajaran IPS
Secara garis besar langkah-langkah dalam pembelajaran IPS meliputi tiga kegiatan besar, yaitu: Kegiatan Pendahuluan, Kegiatan Inti, dan Kegiatan Penutup.

Penilaian Pembelajaran IPS
1. Konsep Penilaian dalam Pembelajaran IPS
Penilaian dilakukan dengan cara menganalisis dan menafsirkan data hasil pengukuran capaian kompetensi siswa yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan. Kurikulum 2013 merupakan kurikulum berbasis kompetensi yang menekankan pembelajaran berbasis acara dengan tujuan memfasilitasi siswa memperoleh sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Hal ini berimplikasi pada penilaian yang meliputi sikap, pengetahuan,dan keterampilan baik selama proses (formatif) maupun pada selesai periode pembelajaran (sumatif).

Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, menafsirkan, baik proses maupun hasil berguru akseptor didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan. Informasi tersebut sanggup dimanfaatkan untuk menentukan tingkat keberhasilan pencapaian kompetensi yang telah ditentukan, keberhasilan proses pembelajaran, tingkat kesulitan berguru akseptor didik, menentukan tindak lanjut pembelajaran, laporan hasil berguru akseptor didik, dan pertanggungjawaban (accountability) terhadap pihak-pihak yang berkepentingan. Penilaian proses pembelajaran IPS memakai pendekatan penilaian autentik (authentic assesment) yang menilai kesiapan akseptor didik, proses, dan hasil berguru secara utuh. Keterpaduan penilaian ketiga komponen tersebut akan menggambarkan kapasitas, gaya, dan perolehan berguru akseptor didik atau bahkan bisa menghasilkan dampak instruksional (instructional effect) dan dampak pengiring (nurturant effect) dari pembelajaran. Hasil penilaian autentik sanggup dipakai oleh guru untuk merencanakan acara perbaikan (remedial), pengayaan (enrichment), atau layanan konseling. Selain itu, hasil penilaian autentik sanggup dipakai sebagai materi untuk memperbaiki proses pembelajaran sesuai dengan Standar Penilaian Pendidikan. Evaluasi proses pembelajaran dilakukan dikala proses pembelajaran dengan memakai instrumen yang berupa: angket, observasi, catatan anekdot, dan re?eksi.

2. Karakteristik Penilaian Pembelajaran IPS
Berikut ialah beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan penilaian:
a. Penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian Kompetensi Dasar (KD) pada Kompetensi Inti.
b. Penilaian memakai pola kriteria, yaitu penilaian yang dilakukan dengan membandingkan capaian siswa dengan kriteria kompetensi yang ditetapkan. Hasil penilaian baik yang formatif maupun sumatif seorang siswa tidak dibandingkan dengan skor siswa lainnya namun dibandingkan dengan penguasaan kompetensi yang dipersyaratkan.
c. Penilaian dilakukan secara terpola dan berkelanjutan. Artinya semua indikator diukur, kemudian hasilnya dianalisis untuk menentukan kompetensi dasar (KD) yang telah dikuasai dan yang belum, serta untuk mengetahui kesulitan berguru siswa .
d. Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut, berupa acara peningkatan kualitas pembelajaran, acara remedial bagi siswa yang pencapaian kompetensinya di bawah KBM/KKM, dan acara pengayaan bagi siswa yang telah memenuhi KBM/KKM
e. Hasil penilaian juga dipakai sebagai umpan balik bagi orang tua/wali siswa dalam rangka meningkatkan kompetensi siswa.

Beberapa karakteristik penilaian pembelajaran IPS adalah:
a. Penilaian pembelajaran IPS mengacu pada ketuntasan KD
Dalam pembelajaran IPS, ketuntasan penilaiannya dilakukan sesudah tercapainya satu bab. Penilaian yang seharusnya sanggup dilakukan setiap KD, dengan menurut cuilan atau pun subbabnya.
b. Penilaian dikembangkan secara terpadu.
  1. Pengembangan instrumen penilaian untuk pembelajaran IPS secara terpadu meliputi aspek afektif, kognitif dan skill/keterampilan. Berbagai jenis, teknik dan bentuk penilaian yang variatif dipakai biar diperoleh informasi pencapaian kompetensi akseptor didik yang objektif, dan komprehensif.
  2. Menurut Permendikbud Nomor 53 Tahun 2015, pendekatan penilaian yang dipakai ialah penilaian autentik. Penilaian autentik ialah bentuk penilaian yang menghendaki akseptor didik menampilkan sikap, memakai pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dari pembelajaran dalam melaksanakan kiprah pada situasi yang sesungguhnya.

3. Teknik dan Instrumen Penilaian
Teknik dan instrumen yang sanggup dipakai untuk menilai kompetensi pada aspek sikap, keterampilan, dan pengetahuan ialah sebagai berikut.

a. Penilaian Kompetensi Sikap
Penilaian sikap dalam Mata Pelajaran IPS ialah kegiatan untuk mengetahui kecenderungan sikap spiritual dan sosial akseptor didik dalam kehidupan sehari-hari di dalam dan di luar kelas sebagai hasil pendidikan. Penilaian sikap ditujukan untuk mengetahui capaian dan membina sikap akseptor didik sesuai butir-butir nilai sikap dalam KI-1 dan KI-2. Penilaian sikap yang utama ialah dilakukan oleh guru melalui observasi selama periode satu semester. Penanaman sikap diintegrasikan pada setiap pembelajaran KD KI-3 dan KI-4. Penilaian kompetensi sikap oleh guru Mata Pelajaran IPS dilakukan melalui observasi sikap akseptor didik selama proses pembelajaran yang sanggup diperkuat dengan penilaian diri dan penilaian antarteman. Nilai sikap dituangkan dalam bentuk deskripsi yang menggambarkan sikap akseptor didik.

Penilaian sikap dilakukan dengan memakai teknik observasi oleh guru mata pelajaran (selama proses pembelajaran pada jam pelajaran), guru bimbingan konseling (BK), dan wali kelas (selama siswa di luar jam pelajaran) yang ditulis dalam buku jurnal (yang selanjutnya disebut jurnal). Jurnal berisi catatan anekdot (anecdotal record), catatan tragedi tertentu (incidental record), dan informasi lain yang valid dan relevan. Jurnal tidak hanya didasarkan pada apa yang dilihat eksklusif oleh guru, wali kelas, dan guru BK, tetapi juga informasi lain yang relevan dan valid dari banyak sekali sumber. Selain itu, penilaian diri dan penilaian antarteman sanggup dilakukan dalam rangka training dan pembentukan aksara siswa, yang hasilnya sanggup dijadikan sebagai salah satu data kon?rmasi dari hasil penilaian sikap oleh pendidik.

Penilaian terhadap sikap akseptor didik sanggup dilakukan dengan teknik penilaian sebagai berikut.
1) Observasi
Instrumen yang dipakai dalam observasi berupa lembar observasi atau jurnal. Lembar observasi atau jurnal tersebut berisi kolom catatan sikap yang diisi oleh guru mata pelajaran, wali kelas, dan guru BK menurut pengamatan dari sikap siswa yang muncul secara alami selama satu semester. Perilaku siswa yang dicatat di dalam jurnal intinya ialah sikap yang sangat baik dan/atau kurang baik yang berkaitan dengan indikator dari sikap spiritual dan sikap sosial. Setiap catatan memuat deskripsi sikap yang dilengkapi dengan waktu dan daerah teramatinya sikap tersebut. Catatan disusun menurut waktu kejadian.

Apabila seorang siswa pernah mempunyai catatan sikap yang kurang baik, kalau pada kesempatan lain siswa tersebut telah memperlihatkan perkembangan sikap (menuju atau konsisten) baik pada aspek atau indikator sikap yang dimaksud, maka di dalam jurnal harus ditulis bahwa sikap siswa telah (menuju atau konsisten) baik atau bahkan sangat baik. Dengan demikian, yang dicatat dalam jurnal tidak terbatas pada sikap kurang baik dan sangat baik, tetapi juga setiap perkembangan sikap menuju sikap yang diharapkan.

Berdasarkan kumpulan catatan tersebut guru menciptakan deskripsi penilaian sikap untuk satu semester. Berikut ini contoh lembar observasi selama satu semester. Sekolah/guru sanggup memakai lembar observasi dengan format lain, contohnya dengan menambahkan kolom saran tindak lanjut.

Berikut ialah beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan penilaian (mengikuti perkembangan) sikap dengan teknik observasi.
a) Jurnal penilaian (perkembangan) sikap ditulis oleh wali kelas, guru mata pelajaran, dan guru BK selama periode satu semester.
b) Bagi wali kelas, 1 (satu) jurnal dipakai untuk satu kelas yang menjadi tanggung-jawabnya bagi guru mata pelajaran 1 (satu) jurnal dipakai untuk setiap kelas yang diajarnya; bagi guru BK 1 (satu) jurnal dipakai untuk setiap kelas di bawah bimbingannya.
c) Perkembangan sikap sipritual dan sikap sosial siswa sanggup dicatat dalam satu jurnal atau dalam 2 (dua) jurnal yang terpisah.
d) Siswa yang dicatat dalam jurnal intinya ialah mereka yang memperlihatkan sikap yang sangat baik atau kurang baik secara alami (siswa-siswa yang memperlihatkan sikap baik tidak harus dicatat dalam jurnal).
e) Perilaku sangat baik atau kurang baik yang dicatat dalam jurnal tersebut tidak terbatas pada butir-butir nilai sikap (perilaku) yang hendak ditanamkan melalui pembelajaran yang dikala itu sedang berlangsung sebagaimana dirancang dalam RPP, tetapi juga butir-butir nilai sikap lainnya yang ditumbuhkan dalam semester itu selama sikap tersebut ditunjukkan oleh siswa melalui perilakunya secara alami.
f) Wali kelas, guru mata pelajaran, dan guru BK mencatat (perkembangan) sikap siswa segera sesudah mereka menyaksikan dan/atau memperoleh informasi terpercaya mengenai sikap siswa sangat baik/kurang baik yang ditunjukkan siswa secara alami.
g) Apabila siswa tertentu PERNAH memperlihatkan sikap kurang baik, ketika yang bersangkutan telah (mulai) memperlihatkan sikap yang baik (sesuai harapan), sikap yang (mulai) baik tersebut harus dicatat dalam jurnal..
h) Pada selesai semester guru mata pelajaran dan guru BK meringkas perkembangan sikap spiritual dan sikap sosial setiap siswa dan menyerahkan ringkasan tersebut kepada wali kelas untuk diolah lebih lanjut.

2) Penilaian diri (Self Assessment)
Penilaian diri merupakan teknik penilaian sikap yang dilakukan oleh akseptor didik terhadap diri sendiri dengan cara mengidenti?kasi kelebihan dan kekurangan yang dimilikinya dalam berperilaku. Hasil penilaian diri akseptor didik dipakai sebagai data kon?rmasi perkembangan akseptor didik, menumbuhkan nilai-nilai kejujuran, dan meningkatkan kemampuan re?eksi atau mawas diri, pada akseptor didik.

Instrumen penilaian diri sanggup berupa lembar penilaian diri yang berisi �butir-butir pernyataan sikap positif� yang diharapkan dengan kolom �ya� dan �tidak� atau dengan Skala Likert. Satu lembar penilaian diri sanggup dipakai untuk penilaian sikap spiritual dan sikap sosial sekaligus. Instrumen penilaian diri sanggup berupa lembar penilaian diri yang berisi BUTIR-BUTIR PERNYATAAN SIKAP POSITIF YANG DIHARAPKAN dengan kolom YA dan TIDAK atau dengan Likert Scale. Satu lembar penilaian diri sanggup dipakai untuk penilaian sikap spiritual dan sikap sosial sekaligus.

3) Penilaian Antarteman
Penilaian antarteman merupakan teknik penilaian yang dilakukan oleh seorang siswa (penilai) terhadap siswa yang lain terkait dengan sikap/perilaku siswa yang dinilai. Sebagaimana penilaian diri, hasil penilaian antarteman sanggup dipakai sebagai data kon?rmasi. Selain itu penilaian antarteman juga sanggup dipakai untuk menumbuhkan beberapa nilai menyerupai kejujuran, tenggang rasa, dan saling menghargai. Instrumen penilaian antarteman sanggup berupa lembar penilaian diri yang berisi BUTIR-BUTIR PERNYATAAN SIKAP POSITIF YANG DIHARAPKAN dengan kolom Melayani Semua YA dan TIDAK atau dengan Likert Scale. Satu lembar penilaian diri sanggup dipakai untuk penilaian sikap spiritual dan sikap sosial sekaligus.

Hasil penilaian antarteman perlu ditindaklanjuti oleh guru dengan memperlihatkan dukungan fasilitasi terhadap akseptor didik yang belum memperlihatkan sikap yang diharapkan.

b. Penilaian Kompetensi Pengetahuan
1) Pengertian Penilaian Pengetahuan
Penilaian pengetahuan ialah penilaian yang dilakukan untuk mengetahui penguasaan siswa yang meliputi pengetahuan faktual, konseptual, maupun prosedural serta kecakapan berpikir tingkat rendah hingga tinggi. Penilaian pengetahuan dilakukan dengan banyak sekali teknik penilaian. Guru menentukan teknik penilaian yang sesuai dengan karakteristik kompetensi yang akan dinilai. Penilaian dimulai dengan perencanaan yang dilakukan pada dikala menyusun planning pelaksanaan pembelajaran (RPP).

Penilaian pengetahuan, selain untuk mengetahui apakah siswa telah mencapai KBM/KKM, juga untuk mengidenti?kasi kelemahan dan kekuatan penguasaan pengetahuan siswa dalam proses pembelajaran (diagnostic). Hasil penilaian dipakai memberi umpan balik (feedback) kepada siswa dan guru untuk perbaikan mutu pembelajaran. Hasil penilaian pengetahuan yang dilakukan selama dan sesudah proses pembelajaran dinyatakan dalam bentuk angka dengan rentang 0-100.

2) Teknik Penilaian Pengetahuan
Berbagai teknik penilaian pengetahuan sanggup dipakai sesuai dengan karakteristik masing-masing KD. Teknik yang biasa dipakai antara lain tes tertulis, tes lisan, penugasan, dan portofolio.
Berikut disajikan uraian mengenai pengertian, langkah-langkah, dan contoh kisi-kisi dan butir instrumen tes tertulis, lisan, penugasan, dan portofolio dalam penilaian pengetahuan.

a). Tes Tertulis
Tes tertulis ialah tes yang soal dan balasan disajikan secara tertulis berupa pilihan ganda, isian, benar-salah, menjodohkan, dan uraian. Instrumen tes tertulis dikembangkan atau disiapkan dengan mengikuti langkah-langkah berikut.

(1) Menetapkan Tujuan Tes.
Langkah pertama yang dilakukan ialah memutuskan tujuan penilaian, apakah untuk keperluan mengetahui capaian pembelajaran ataukah untuk memperbaiki proses pembelajaran, atau untuk kedua-duanya. Tujuan penilaian harian (PH) berbeda dengan tujuan penilaian tengah semester (PTS), dan tujuan untuk penilaian selesai semester (PAS). Sementara penilaian harian biasanya diselenggarakan untuk mengetahui capaian pembelajaran ataukah untuk memperbaiki proses pembelajaran, Perguruan Tinggi Swasta dan PAS umumnya untuk mengetahui capaian pembelajaran.

(2) Menyusun Kisi-Kisi.
Kisi-kisi merupakan spesi?kasi yang memuat kriteria soal yang akan ditulis yang meliputi antara lain KD yang akan diukur, materi, indikator soal, bentuk soal, dan jumlah soal. Kisi-kisi disusun untuk memastikan butir-butir soal mewakili apa yang seharusnya diukur secara proporsional. Pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural dengan kecakapan ber?kir tingkat rendah hingga tinggi akan terwakili secara memadai.

(3) Menulis Soal Berdasarkan Kisi-Kisi dan Kaidah Penulisan Soal.

(4) Menyusun Pedoman Penskoran.
Untuk soal pilihan ganda, isian, menjodohkan, dan balasan singkat disediakan kunci jawaban. Untuk soal uraian disediakan kunci/model balasan dan rubrik.

b) Tes Lisan
Tes ekspresi berupa pertanyaan-pertanyaan yang diberikan guru secara ekspresi dan siswa merespon pertanyaan tersebut secaralisan. Selain bertujuan mengecekpenguasaan pengetahuan untuk perbaikan pembelajaranctes ekspresi sanggup menumbuhkan sikap berani berpendapat, percaya diri, dan kemampuan berkomunikasi secara efektif. Dengan demikian, tes ekspresi dilakukan pada dikala proses pembelajaran berlangsung. Tes ekspresi juga sanggup dipakai untuk melihat ketertarikan siswa terhadap pengetahuan yang diajarkan dan motipasi siswa dalam berguru contoh pertanyaan pada tes ekspresi sebagai berikut.
  1. Apa yang dimaksud dengan kerjasama antarnegara
  2. Apa mancaat persaingan bebas
  3. Bagaimana cara melihat perubahan sosial budaya suatu masyarakat
c) Penugasan
Penugasan ialah pemberian kiprah kepada siswa untuk mengukur dan atau mempasilitasi siswa memperoleh atau meningkatkan pengetahuan. Penugasan untuk mengukur pengetahuan sanggup dilakukan sesudah proses pembelajaran cassessment of learning. Sedangkan penugasan untuk meningkatkan pengetahuan diberikan sebelum dancatauselama proses pembelajaran cassessment for learning.Tugas sanggup dikerjakan baik secara individu maupun kelompok sesuai karakteristik kiprah yang diberikan.

c. Penilaian Keterampilan
1) Pengertian Penilaian Keterampilan
Penilaian keterampilan ialah penilaian yang dilakukan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menerapkan pengetahuan untuk melaksanakan kiprah tertentu di dalam banyak sekali macam konteks sesuai dengan indikator pencapaian kompetensi. Penilaian keterampilan sanggup dilakukan dengan banyak sekali teknik, antara lain penilaian kinerja, penilaian proyek, dan penilaian portofolio. Teknik penilaian keterampilan yang dipakai dipilih sesuai dengan karakteristik KD pada KI-4.

2) Teknik Penilaian Keterampilan
Berikut disajikan uraian singkat mengenai teknik-teknik penilaian keterampilan tersebut yang meliputi pengertian, langkah-langkah, dan contoh instrumen dan rubrik penilaian.
a) Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja ialah penilaian untuk mengukur capaian pembelajaran yang berupa keterampilan proses dan/atau hasil (produk). Dengan demikian, aspek yang dinilai dalam penilaian kinerja ialah kualitas proses mengerjakan/ melaksanakan suatu kiprah atau kualitas produknya atau kedua-duanya. Contoh keterampilan proses ialah keterampilan melaksanakan tugas/tindakan dengan memakai alat dan/atau materi dengan mekanisme kerja kerja tertentu, sementara produk ialah sesuatu (biasanya barang) yang dihasilkan dari penyelesaian sebuah tugas.

Contoh penilaian kinerja yang menekankan aspek proses ialah mengomunikasikan hasil diskusi, menjelaskan diagram atau kurva, memakai globe, dan menceritakan denah silsilah. Contoh penilaian kinerja yang mengutamakan aspek produk ialah menciptakan gra?k, menyusun goresan pena sejarah, menciptakan peta, dan laporan hasil obseravsi. Contoh penilaian kinerja yang mempertimbangkan baik proses maupun produk ialah menghitung angka pertumbuhan penduduk, goresan pena biogra? tokoh sejarah, laporan observasi kegiatan ekonomi kreatif yang ada di wilayah setempat, dan pembuatan peta administrasi.

Langkah-langkah umum penilaian kinerja adalah:
  1. menyusun kisi-kisi;
  2. mengembangkan/menyusun kiprah yang dilengkapi dengan langkah- langkah, bahan, dan alat;
  3. menyusun rubrik penskoran dengan memperhatikan aspek-aspek yang perlu dinilai;
  4. melaksanakan penilaian dengan mengamati akseptor didik selama proses penyelesaian kiprah dan/atau menilai produk kesudahannya menurut rubrik; serta
  5. mengolah hasil penilaian dan melaksanakan tindak lanjut.

b) Penilaian Proyek
Penilaian proyek ialah suatu kegiatan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam mengaplikasikan pengetahuannya melalui penyelesaian suatu kiprah dalam periode/waktu tertentu. Penilaian proyek sanggup dilakukan untuk mengukur satu atau beberapa KD dalam satu atau beberapa mata pelajaran.Tugas tersebut berupa rangkaian kegiatan mulai dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian data, pengolahan dan penyajian data, serta pelaporan. Pada penilaian proyek setidaknya ada 4 (empat) hal yang perlu dipertimbangkan, yaitu sebagai berikut.
(1) Pengelolaan
Kemampuan siswa dalam menentukan topik, mencari informasi, dan mengelola waktu pengumpulan data, serta penulisan laporan.
(2) Relevansi
Topik, data, dan produk sesuai dengan KD.
(3) Keaslian
Produk (misalnya laporan) yang dihasilkan siswa merupakan hasil karyanya, dengan mempertimbangkan bantuan guru berupa petunjuk dan dukungan terhadap proyek siswa.
(4) Inovasi dan kreativitas
Hasil proyek siswa terdapat unsur-unsur kebaruan dan menemukan sesuatu yang berbeda dari biasanya.

c) Penilaian Portofolio
Portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan informasi yang bersifat re?ektif-integratif yang memperlihatkan perkembangan kemampuan akseptor didik dalam satu periode tertentu. Ada beberapa tipe portofolio yaitu portofolio dokumentasi, portofolio proses, dan portofolio pameran. Guru sanggup menentukan tipe portofolio yang sesuai dengan karakteristik kompetensi dasar dan/atau konteks mata pelajaran IPS. Untuk Sekolah Menengah Pertama tipe portofolio yang utama untuk penilaian pengetahuan ialah portofolio pameran, yaitu merupakan kumpulan sampel pekerjaan terbaik dari KD pada KI-3, terutama pekerjaan-pekerjaan dari tugas-tugas dan ulangan harian tertulis yang diberikan kepada akseptor didik.

Portofolio setiap akseptor didik disimpan dalam suatu map (folder) dan diberi tanggal pengumpulan oleh guru. Portofolio sanggup disimpan dalam bentuk cetakan dan/atau elektronik. Pada selesai suatu semester kumpulan sampel pekerjaan tersebut dipakai sebagai sebagian materi untuk mendeskripsikan pencapaian pengetahuan secara deskriptif. Portofolio pengetahuan tidak diskor lagi dengan angka.

Berikut ialah contoh ketentuan dalam penilaian portofolio untuk pengetahuan:
  1. pekerjaan asli siswa;
  2. pekerjaan yang dimasukkan dalam portofolio disepakati oleh siswa dan guru;
  3. guru menjaga kerahasiaan portofolio;
  4. guru dan siswa mempunyai rasa mempunyai terhadap dokumen portofolio; serta
  5. pekerjaan yang dikumpulkan sesuai dengan KD. Setiap pembelajaran KD dari KI-3 berakhir, pekerjaan terbaik dari KD tersebut (bila ada) dimasukkan ke dalam portofolio.

Berikut ialah contoh ketentuan dalam penilaian portofolio untuk pengetahuan:
  1. pekerjaan asli siswa;
  2. pekerjaan yang dimasukkan dalam portofolio disepakati oleh siswa dan guru;
  3. guru menjaga kerahasiaan portofolio;
  4. guru dan siswa mempunyai rasa mempunyai terhadap dokumen portofolio; serta
  5. pekerjaan yang dikumpulkan sesuai dengan KD. Setiap pembelajaran KD dari KI-3 berakhir, pekerjaan terbaik dari KD tersebut (bila ada) dimasukkan ke dalam portofolio.
4. Pengolahan Hasil Penilaian
a. Nilai Sikap Spiritual dan Sikap Sosial
Langkah-langkah untuk menciptakan deskripsi nilai/perkembangan sikap selama satu semester sebagai berikut.
  1. Wali kelas, guru mata pelajaran, dan guru BK masing-masing mengelompokkan (menandai) catatan-catatan sikap jurnal yang dibuatnya ke dalam sikap spiritual dan sikap sosial (apabila pada jurnal belum ada kolom butir nilai).
  2. Wali kelas, guru mata pelajaran, dan guru BK masing-masing menciptakan rumusan deskripsi singkat sikap spiritual dan sikap sosial menurut catatan-catatan jurnal untuk setiap siswa.
  3. Wali kelas mengumpulkan deskripsi singkat sikap dari guru mata pelajaran dan guru BK. Dengan memperhatikan deskripsi singkat sikap spiritual dan sosial dari guru mata pelajaran, guru BK, dan wali kelas yang bersangkutan, wali kelas menyimpulkan (merumuskan deskripsi) capaian sikap spiritual dan sosial setiap siswa.

Berikut ialah rambu-rambu rumusan deskripsi perkembangan sikap selama satu semester.
  1. Deskripsi sikap memakai kalimat yang bersifat memotivasi dengan pilihan kata/frasa yang bernada positif. Hindari frasa yang bermakna kontras, misalnya: ... tetapi masih perlu peningkatan dalam ... atau ... namun masih perlu bimbingan dalam hal ...
  2. Deskripsi sikap menyebutkan perkembangan sikap/perilaku siswa yang sangat baik dan/atau baik dan yang mulai/sedang berkembang.
  3. Apabila siswa tidak ada catatan apapun dalam jurnal, sikap siswa tersebut diasumsikan BAIK.
  4. Dengan ketentuan bahwa sikap dikembangkan selama satu semester, deskripsi nilai/perkembangan sikap siswa didasarkan pada sikap siswa pada masa selesai semester. Oleh lantaran itu, sebelum deskripsi sikap selesai semester dirumuskan, guru mata pelajaran, guru BK, dan wali kelas harus mengusut jurnal secara keseluruhan hingga selesai semester untuk melihat apakah telah ada catatan yang memperlihatkan bahwa sikap siswa tersebut telah menjadi sangat baik, baik, atau mulai berkembang.
  5. Apabila siswa mempunyai catatan sikap KURANG baik dalam jurnal dan siswa tersebut belum memperlihatkan adanya perkembangan positif, deskripsi sikap siswa tersebut dirapatkan dalam rapat dewan guru pada selesai semester.

Berikut ialah contoh rumusan deskripsi capaian sikap spiritual dan sosial.
  1. Sikap spiritual: Selalu bersyukur, selalu berdoa sebelum melaksanakan kegiatan,dan toleran pada pemeluk agama yang berbeda; ketaatan beribadah mulai berkembang.
  2. Sikap sosial: Sangat santun, peduli, dan percaya diri; kejujuran, kedisiplinan, dan tanggungjawab meningkat

b. Nilai Pengetahuan
Nilai pengetahuan diperoleh dari hasil penilaian harian, penilaian tengah semester, dan penilaian selesai semester yang dilakukan dengan beberapa teknik penilaian. Penulisan capaian pengetahuan pada rapor memakai angka pada skala 0 � 100 dan deskripsi.
1) Hasil Penilaian Harian (HPH)
Hasil Penilaian Harian merupakan nilai rata-rata yang diperoleh dari hasil penilaian harian melalui tes tertulis dan/atau penugasan untuk setiap KD. Dalam perhitungan nilai rata-rata DAPAT diberikan pembobotan untuk nilai tes tertulis dan penugasan MISALNYA 60% untuk bobot tes tertulis dan 40% untuk penugasan. Penilaian harian sanggup dilakukan lebih dari satu kali untuk KD yang gemuk (cakupan materi yang luas) sehingga penilaian harian tidak perlu menunggu selesainya pembelajaran KD tersebut. Materi dalam suatu penilaian harian untuk KD gemuk meliputi sebagian dari keseluruhan materi yang dicakup oleh KD tersebut. Bagi KD dengan cakupan materi sedikit, penilaian harian sanggup dilakukan sesudah pembelajaran lebih dari satu KD.l

Selain nilai dalam bentuk angka dan predikat, dalam rapor dituliskan deskripsi capaian pengetahuan untuk setiap mata pelajaran. Berikut ialah rambu-rambu rumusan deskripsi capaian pengetahuan dalam rapor.
a. Deskripsi pengetahuan memakai kalimat yang bersifat memotivasi dengan pilihan kata/frasa yang bernada positif. HINDARI frasa yang bermakna kontras, misalnya: ... tetapi masih perlu peningkatan dalam ... atau ... namun masih perlu bimbingan dalam hal ....
b. Deskripsi berisi beberapa pengetahuan yang sangat baik dan/atau baik dikuasai oleh siswa dan yang penguasaannya belum optimal.
c. Deskripsi capaian pengetahuan didasarkan pada bukti-bukti pekerjaan siswa yang didokumentasikan dalam portofolio pengetahuan. Apabila KD tertentu tidak mempunyai pekerjaan yang dimasukkan ke dalam portofolio, deskripsi KD tersebut didasarkan pada skor angka yang dicapai.

c. Nilai Keterampilan
Nilai keterampilan diperoleh dari hasil penilaian kinerja (proses dan produk), proyek, dan portofolio. Hasil penilaian dengan teknik kinerja dan proyek dirata-rata untuk memperoleh nilai selesai keterampilan pada setiap mata pelajaran. Seperti pada pengetahuan, penulisan capaian keterampilan pada rapor memakai angka pada skala 0 � 100 dan deskripsi.

Remedial dan Pengayaan
Pembelajaran remedial dan pengayaan dilaksanakan untuk kompetensi pengetahuan dan keterampilan. Pembelajaran remedial diberikan kepada siswa yang belum mencapai KBM/KKM, sementara pengayaan diberikan kepada siswa yang telah mencapai atau melampaui KBM/KKM.

1. Remedial
Remedial ialah acara pembelajaran yang diberikan kepada akseptor didik yang belum mencapai kompentensi minimalnya dalam satu kompetensi dasar tertentu. Metode yang dipakai sanggup bervariasi sesuai dengan sifat, jenis, dan latar belakang kesulitan berguru yang dialami akseptor didik dan tujuan pembelajarannya pun dirumuskan sesuai dengan kesulitan yang dialami akseptor didik. Pembelajaran remedial sanggup dilakukan dengan cara:
a. pemberian pembelajaran ulang dengan metode dan media yang berbeda, menyesuaikan dengan gaya berguru siswa;
b. pemberian bimbingan secara perorangan;
c. pemberian tugas-tugas atau latihan secara khusus, dimulai dengan tugas-tugas atau latihan sesuai dengan kemampuannya; serta
d. pemanfaatan tutor sebaya, yaitu siswa dibantu oleh sobat sekelas yang telah mencapai KBM/KKM.

Pembelajaran remedial diberikan segera sesudah siswa diketahui belum mencapai KBM/KKM menurut hasil PH (penilaian harian), PTS, (penilaian tengah semester) atau PAS (penilaian selesai semester). Pembelajaran remedial intinya difokuskan pada KD yang belum tuntas dan sanggup diberikan berulang-ulang hingga mencapai KBM/KKM dengan waktu hingga batas selesai semester. Apabila hingga selesai semester pembelajaran remedial belum bisa membantu siswa mencapai KBM/KKM, pembelajaran remedial bagi siswa tersebut sanggup dihentikan.

Nilai KD yang dimasukkan ke dalam pengolahan penilaian selesai semester ialah penilaian setinggi-tingginya sama dengan KBM/KKM yang ditetapkan oleh sekolah untuk mata pelajaran tersebut. Apabila belum/tidak mencapai KBM/KKM, nilai yang dimasukkan ialah nilai tertinggi yang dicapai sesudah mengikuti pembelajaran remedial. Guru tidak dianjurkan untuk memaksakan untuk memberi nilai tuntas kepada siswa yang belum mencapai KBM/KKM.

Prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran remedial sesuai dengan sifatnya sebagai pelayanan khusus antara lain:
a. Adaptif
Pembelajaran remedial hendaknya memungkinkan akseptor didik untuk berguru sesuai dengan daya tangkap, kesempatan, dan gaya berguru masing-masing.
b. Interaktif
Pembelajaran remedial hendaknya melibatkan keaktifan guru untuk secara intensif berinteraksi dengan akseptor didik dan selalu memperlihatkan monitoring dan pengawasan biar mengetahui kemajuan berguru akseptor didiknya.
c. Fleksibilitas dalam Metode Pembelajaran dan Penilaian
Pembelajaran remedial perlu memakai banyak sekali metode pembelajaran dan metode penilaian yang sesuai dengan karakteristik akseptor didik.
d. Pemberian Umpan Balik Sesegera Mungkin
Umpan balik berupa informasi yang diberikan kepada akseptor didik mengenai kemajuan belajarnya perlu diberikan sesegera mungkin biar sanggup menghindari kekeliruan berguru yang berlarut-larut.
e. Pelayanan Sepanjang Waktu
Pembelajaran remedial harus berkesinambungan dan programnya selalu tersedia biar setiap dikala akseptor didik sanggup mengaksesnya sesuai dengan kesempatan masing-masing.

Langkah-langkah yang dilakukan pada acara remedial ialah sebagai berikut.
a. Identifikasi Permasalahan Pembelajaran
Permasalahan pembelajaran bisa dikategorikan ke dalam 3 fokus perhatian:
1) Permasalahan pada keunikan akseptor didik
Keberagaman individu sanggup membedakan hasil berguru dan permasalahan berguru pada akseptor didik.Ada akseptor didik yang cenderung lebih aktif dan bahagia praktik secara langsung, ada yang cenderung mengamati, ada yang lebih hening dan suka membaca.Di kelas, guru juga perlu mempunyai wawasan lebih menyeluruh mengenai latar belakang keluarga dan sosial budaya. Peserta didik yang dibesarkan dalam keluarga pedagang, tentu mempunyai keterampilan berbeda dengan keluarga petani atau nelayan. Peserta didik yang berasal dari keluarga yang tidak harmonis, mungkin berbeda dengan akseptor didik yang berasal dari keluarga serasi dan mendukung kegiatan belajar.

2) Permasalahan pada materi ajar
Materi latih yang terdapat pada buku latih kadang terlalu rumit bagi akseptor didik tertentu. Oleh lantaran itu perlu disiapkan banyak sekali alternatif acara dan materi latih yang sanggup dipakai guru untuk mengatasi permasalahan ini.

3) Permasalahan pada taktik pembelajaran
Dalam proses pembelajaran, guru sebaiknya tidak hanya terpaku pada satu taktik atau metode pembelajaran saja. Dikarenakan tipe dan gaya berguru akseptor didik sangat bervariasi termasuk juga minat dan bakatnya, maka guru perlu mengidenti?kasi apakah kesulitan akseptor didik dalam menguasai materi disebabkan oleh taktik atau metode berguru yang

b. Perencanaan
Setelah melaksanakan identi?kasi awal terhadap permasalahan berguru siswa, guru sanggup menciptakan perencanaan remedial yang meliputi hal-hal berikut.
  1. Menetapkan waktu kegiatan remedial
  2. Menyiapkan Media Pembelajaran
  3. Menyiapkan contoh-contoh dan alternatif akti?tas
  4. Menyiapkan materi-materi dan alat pendukung

c. Pelaksanaan
Berikutnya ialah melaksanakan acara pembelajaran remedial yang meliputi 3 fokus pementingan yaitu: 1) Penekanan pada keunikan akseptor didik, 2) pementingan pada alternatif contoh dan acara terkait materi ajar, 3) Penekanan pada strategi/metode pembelajaran

d. Penilaian Autentik
Penilaian autentik dilakukan sesudah pembelajaran remedial selesai dilaksanakan. Berdasarkan hasil penilaian, bila akseptor didik belum mencapai kompetensi minimal (tujuan) yang ditetapkan guru, maka guru perlu meninjau kembali taktik pembelajaran remedial yang diterapkannya atau melaksanakan identi?kasi (analisa kebutuhan) terhadap akseptor didik dengan lebih seksama. Apabila ternyata ditemukan masalah khusus di luar kompetensi guru, guru sanggup menkonsultasikan dengan orang renta untuk selanjutnya dilakukan konsultasi dengan ahli.

2. Pengayaan (Enrichment)
Program pengayaan diberikan kepada akseptor didik yang telah melampaui ketuntasan berguru dengan memerlukan waktu lebih sedikit daripada teman-teman lainnya. Waktu yang masih tersedia sanggup dimanfaatkan akseptor didik untuk memperdalam/memperluas atau mengembangkan hingga mencapai tahapan networking (jejaring) dalam pendekatan ilmiah (scientific approach). Guru sanggup memfasilitasi akseptor didik dengan memperlihatkan banyak sekali sumber belajar, antara lain: perpustakaan, majalah atau koran, internet, atau narasumber dan pakar. Kegiatan dalam acara pengayaan diantaranya adalah
a. Kegiatan Eksploratori
Kegiatan eksploratori sanggup berupa latar belakang sejarah, buku, narasumber, penemuan, uji coba, yang secara regular tidak tercakup dalam kurikulum.
b. Keterampilan proses
Tujuan kegiatan ini biar akseptor didik sanggup melaksanakan pendalaman dan pemeriksaan terhadap topik yang diminati dalam bentuk pembelajaran mandiri.
c. Pemecahan masalah
Kegitan pemecahan duduk masalah diberikan kepada akseptor didik yang mempunyai kemampuan berguru lebih tinggi berupa pemecahan duduk masalah nyata dengan memakai pendekatan pemecahan duduk masalah atau pendekatan investigatif/penelitian ilmiah.

Prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan dalam acara pengayaan ialah sebagai berikut :
a. Inovasi
Guru perlu menyesuaikan acara yang diterapkannya dengan kekhasan akseptor didik, karakteristik kelas serta lingkungan hidup dan budaya akseptor didik.
b. Kegiatan yang Memperkaya
Dalam menyusun materi dan mendisain pembelajaran pengayaan, kembangkan dengan kegiatan yang menyenangkan, membangkitkan minat, merangsang pertanyaan, dan sumber-sumber yang bervariasi dan memperkaya.
c. Merencanakan Metodologi yang Luas dan Metode Yang Lebih Bervariasi
Misalnya dengan memperlihatkan project, pengembangan minat dan aktivitas-akitivitas menggugah (playful). Menerapkan informasi terbaru, hasil-hasil penelitian atau kemajuan program-program pendidikan terkini.

Langkah-langkah dalam acara pengayaan hampir serupa dengan acara pembelajaran remedial. Diawali dengan kegiatan identi?kasi, kemudian perencanaan, pelaksanaan dan penilaian. Untuk merencanakan acara pengayaan, guru tidak perlu menunggu hasil penilaian autentik terhadap kemampuan akseptor didik. Apabila melalui observasi dalam proses pembelajaran, akseptor didik sudah terindikasi mempunyai kemampuan yang lebih dari akseptor didik lainnya maka guru perlu merencanakan acara pengayaan.

Interaksi dengan Orang Tua
Interaksi guru dengan orang renta sangat diharapkan dalam rangka menunjang keberhasilan proses pembelajaran. Oleh lantaran itu interaksi antara guru dan orang renta perlu dilakukan dengan banyak sekali cara baik langsung, tertulis ataupun dengan cara tidak langsung.

1. Interaksi secara langsung
Berbagai cara untuk melaksanakan interaksi secara langsung, sanggup dilakukan dengan cara antara lain :
a. menghadirkan orang tua/wali akseptor didik ke sekolah untuk diberikan klarifikasi perihal perkembangan dan atau sikap anaknya selama berguru di sekolah,
b. penyerahan rapor, yang harus diambil oleh orang tua, ialah salah satu bentuk upaya sekolah untuk memperlihatkan kesempatan kepada guru, khususnya wali kelas untuk berinteraksi secara eksklusif dengan orang tua.

2. Interaksi Secara Tidak Langsung
Interaksi secara tertulis atau tidak eksklusif sanggup dilakukan dengan langkah-langkah berikut ini
a. Komunikasi tertulis antara guru dengan orang tua,
b. Meminta orang renta ikut mengusut dan menandatangani pekerjaan rumah (PR).
c. Membuka korelasi komunikasi (telepon, sms, e-mail, portal interaktif) serta dorongan biar orang renta aktif berinteraksi dengan guru dan anak.
d. Upaya pemantauan terhadap akseptor didik dalam mengerjakan kiprah individu maupun kiprah kelompok dengan membubuhkan tanda tangan pada lembar monitoring.

Selain itu, kegiatan pekerjaan rumah yang melibatkan orang renta dengan anak sanggup dikombinasikan dengan kunjungan guru ke rumah.

    Download Buku Guru IPS Sekolah Menengah Pertama MTs Kelas 9 Kurikulum 2013 Revisi 2018

    Selengkapnya mengenai susunan dan isi berkas Buku Guru IPS Sekolah Menengah Pertama MTs Kelas 9 Kurikulum 2013 Revisi 2018 ini silahkan lihat dan unduh pada link di bawah ini:

    Buku Guru IPS Sekolah Menengah Pertama MTs Kelas 9 Kurikulum 2013 Revisi 2018



    Download File:
    Buku Guru IPS Sekolah Menengah Pertama MTs Kelas 9 K13 Revisi 2018.pdf

    Untuk Buku Sekolah Menengah Pertama MTs Kelas IX (9) Kurikulum 2013 Revisi tahun 2018 mata pelajaran lainnya (Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, IPA, Matematika, PPKn, Prakarya dan lain-lain), silahkan lihat dan download pada link di bawah ini:
    Buku Guru Sekolah Menengah Pertama MTs Kelas 9 Kurikulum 2013 Edisi Revisi 2018

    Demikian yang bisa kami sampaikan mengenai keterangan berkas dan share file Buku Guru IPS Sekolah Menengah Pertama MTs Kelas 9 Kurikulum 2013 Revisi 2018. Semoga bisa bermanfaat.

    Belum ada Komentar untuk "Buku Guru Ips Smp Mts Kelas 9 K13 Revisi 2018"

    Posting Komentar

    Iklan Atas Artikel

    Iklan Tengah Artikel 1

    Iklan Tengah Artikel 2

    Iklan Bawah Artikel